PROSES KONSLING, TEKNIK-TEKNIK KONSELING,
LANGKAH-LANGKAH KONSELING
Nama: Abdul rosyid
NPM : 116210117
A.
Proses
Konseling
Cormier & Hackey (dalam Gibson & Mitchell, 1995:143)
mengidentifikasi empat tahapan proses konseling yakni membangun hubungan, identifikasi masalah
dan eksplorasi,perencanaan pemecahan masalah, aplikasi solusi dan pengakhiran.
Sedangkan Prayitno (1998:24) menyebutkan bahwa ada lima tahap proses konseling yakni
pengantaran,penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian. Soli Abimanyu dan
M. Thayeb Manrihu(1996) mengklasifikasikan konseling perorangan kepada lima
tahap yang diawali daripengembangan tata formasi dan iklim hubungan konseling
awal, eksplorasi masalah,mempersonalisasi, mengembangkan inisiatif, mengakhiri
dan menilai konseling.Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, terdapat
kesamaan pentahapan dalam konselingperorangan. Dapat disimpulkan bahwa proses
konseling perorangan dilakukan dalam limatahap yakni:
1.Tahap pengantaran
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
Kunci keberhasilan membangunhubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling, terutama asaskerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.Memperjelas dan mendefinisikan masalah.. Jika hubungan konseling sudah terjalin denganbaik dan klien telah
melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelasmasalah klien.
2. Penjajagan dan penafsiran
Membuat penafsiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau
menaksirkemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan,
Menegosiasikankontrak.
3.Pembinaan
Menjaga agar hubungan konseling
tetap terpelihara.Hal ini bisa terjadi jika : Klien merasasenang terlibat dalam
pembicaraan atau wawancara konseling, serta menampakKankebutuhan untuk
mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.Konselor berupaya
kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan
dapatmenunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar-benar peduli terhadap klien.
4.Penilaian
a. Konselor bersama klien
membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling;
b. Menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telahterbangun dari
proses konseling sebelumnya;
c. Mengevaluasi jalannya
proses dan hasil konseling (penilaian segera).4. Membuat perjanjian untuk
pertemuan berikutnya;
B. Teknik-teknik Konseling
Subjek sasaran bimbingan dan konseling adalah individu sebagai
pribadi dengan karakteristiknya yang unik. Artinya tidak ada dua orang individu
yang memiliki karekteristik yang sama. Atas dasar karakteristik pribadinya,
guru pembimbing memberikan bantuan agar individu dapat berkembang optimal
melalui proses pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan aktualisasi
diri.. Untuk itu seyogyanya Guru Pembimbing memahami pribadi setiap individu
yang dibimbing sehingga dapat melakukan tugasnya membantu siswa ke arah
perkembangan yang optimal. Untuk hal ini, maka menurut Moh Surya( 1998: 4.1),
Guru Pembimbing dituntut paling tidak memiliki dua kemampuan dan keterampilan
yaitu : (1) Kemampuan dan keterampilan memahami individu yang dibimbing dan (2)
Kemampuan dan keterampilan berupa teknik membantu individu. Dengan demikian
teknik-teknik bimbingan dan konseling, mencakup teknik memahami individu dan
teknik-teknik membantu individu.
1. Pemahaman
Individu.
Pemahaman individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan
dan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru
Pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah
bantuan dalam rangka pengembangan pribadi. Adapun hal-hal yang perlu dipahami
dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling, adalah
sebagai berikut :
a) Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung
menjadi keunikan pribadi;
b) Kondisi jasmaniah dan kesehatan;
c) Kapasitas ( umum/Intligensi dan khususatau bakau) dan kecakapan;
d) Sikap dan minat;
e) Watak dan tempramen;
f) Cita-cita sekolah dan pekerjaan.Aktivitas sosial;
g) Hobi dan pengisian waktu luang;
h) Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki;
i) Latar belakang keluarga siswa.
b) Kondisi jasmaniah dan kesehatan;
c) Kapasitas ( umum/Intligensi dan khususatau bakau) dan kecakapan;
d) Sikap dan minat;
e) Watak dan tempramen;
f) Cita-cita sekolah dan pekerjaan.Aktivitas sosial;
g) Hobi dan pengisian waktu luang;
h) Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki;
i) Latar belakang keluarga siswa.
2. Sumber
Data Untuk Pemahaman Individu
Pemahaman
individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa sumber yaitu :
a) Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang
dapat dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik pengukuran.
b) Sumber kedua, yaitu orang tua siswa dan
keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul lama dengan
siswa, temannya, dokter pribadi dsb.
3. Teknik-Teknik Pemahaman individu.
Adapun teknik-teknik pemahaman individu dapat
dikelompokkan menjadi teknik tes dan non tes. Teknik tes bisa membuat sendiri
dan bisa pula mohon bantuan dari ahli lain yang kompeten untuk itu. Teknik tes dalam pelayanan bimbingan dan
konseling dapat dikelompokkan menjadi :
1) tes intligensi,
2) tes bakat,
3) tes bakat,
4) tes/Inventory minat,
5)tes bakat dan
6) tes prestasi belajar
sedangkan teknik non tes terdiri dari :
1) observasi
2) Catatan anekdot
3) Daftar Cek( Check List).
4) Skala Penilaian( rating Scale)
5) Wawancara.
6) Angket
7) Biografi atau auto biografi
8) Sosiometri
9) Studi dokumentasi
10) Studi kasus( case study)
1) tes intligensi,
2) tes bakat,
3) tes bakat,
4) tes/Inventory minat,
5)tes bakat dan
6) tes prestasi belajar
sedangkan teknik non tes terdiri dari :
1) observasi
2) Catatan anekdot
3) Daftar Cek( Check List).
4) Skala Penilaian( rating Scale)
5) Wawancara.
6) Angket
7) Biografi atau auto biografi
8) Sosiometri
9) Studi dokumentasi
10) Studi kasus( case study)
4. Teknik-Teknik Memberi Bantuan
Teknik
memberi bantuan dibedakan menjadi dua yaitu teknik-teknik bimbingan dan
teknik-teknik konseling.
1.
Teknik Bimbingan;Bimbingan sebagai proses pemberian
bantuan kepada individu dalam rangka mencegah dan menghindari terjadi masalah
dalam kehidupannya dapat menggunakan beberapa pendekatan, yaitu :
a) Pendekatan individual, yaitu memberikan bimbingan
secara individu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya.
b) Kelompok, yaitu melayani sejumlah peserta didik yang
memiliki kebutuhan yang sama.
c) Klasikal, yaitu melayani peserta didik secara klas tanpa adanya pemisahan.
e) Dengan cara “alih tangan”, yaitu meminta bantuan pihak lain yang dipandang lebih competen.
c) Klasikal, yaitu melayani peserta didik secara klas tanpa adanya pemisahan.
e) Dengan cara “alih tangan”, yaitu meminta bantuan pihak lain yang dipandang lebih competen.
Alih
tangan dapat berlangsung secara internal dan eksternal. Secara internal apabila
alih tangan dilakukan pada lingkup area satu sekolah. Sedangkan eksternal
apabila dialihkan pada pihak-pihak lain di luar sekolah, seperti psikoloog,
dokter.
Dalam pelaksanaan bimbingan dapat menggunakan
beberapa teknik, seperti : wawancara, dialog, diskusi kelompok, bimbingan
kelompok, simulasi, bermain peran, demonstrasi, ceramah, karya wisata,
mendatangkan nara sumber, studi pustaka dan sebagainya.
2. Teknik-Teknik Konseling.
1. Konseling Perorangan; Konseling Perorangan adalah merupakan suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang bermasalah guna mengentaskan
masalahnya, demi tercapainya tujuan dan kebahagian hidupnya. Konseling
perorangan dilakukan dengan wawancara interpersonal antara Guru Pembimbing
dengan siswa yang dibantu. Tahap-tahapan
dalam konseling perorangan
1.1 Tahap
Awal; Pada
tahap ini dilakukan pembinaan hubungan baik dengan siswa yang dibantu. Kontak
awal antara pembimbing dengan siterbimbing akan sangat mempengaruhi wawancara
konseling. Pada tahap awal ini yang perlu dilakukan adalah :
a. Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang
kondusif
b. Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien
c. Penjelasan maksud dan tujuan konseling
d. Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing
b. Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien
c. Penjelasan maksud dan tujuan konseling
d. Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing
1.2 Tahap
Kegiatan; Pada
tahap ini si pembimbing dengan beragam ketrampilan wawancara konselingnya
berupaya untuk mendorong siswa ke arah pemahaman diri dan lingkungannya dalam
kaitannya denga masalah yang sedang dihadapinya.
1.3 Tahap
Akhir; Tujuan tahap
ini adalah agar siterbantu mampu menciptakan tindakan dan merencanakan,
melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman selama
proses wawancara konseling berlangsung. Pada tahap ini perlu pula digali kesan
siswa/klien selama proses wawancara berlangsung.
2. Teknik-Teknik
Konseling Perorangan.
Secara
umum dalam wawancara konseling dikenal tiga teknik atau pendekatan khusus,
yaitu :
a) Direktif Konseling; Teknik
ini dicetuskan oleh Edmond G. Williamson. Dengan teknik ini, proses konseling
kebanyakan berada ditangan konselor. Dengan kata lain konselor lebih banyak
mengambil inisiatif sedangkan klien tingla menerima apa yang dikemukakan oleh
konselor
Ciri-Ciri Direktif Konseling :
Ciri-Ciri Direktif Konseling :
a. Sebagian besar tanggung jawab dan pengambilan
keputusan ada di tangan konselor.
b. Konselor menyimpulkan berbagai data, informasi,
fakta mengenai masalah klien.
c. Konselor bersama klien mempelajari berbagai
macam data dan informasi dalam rangka pengambilan keputusan.
d. Klien menerima keputusan langsung dari
konselor
e. Klien melaksanakan keputusan dan
menyempurbnakan keputusannya.
Williamson juga menyarankan langkah-langkah
dalam konseling secara berturut-turut, yaitu : analisis, sintesis, diagnosis,
prognosis, treatment, follow-up.
b) Non Direktif Konseling.Teknik ini
sering juga disebut “Client Centered counseling” yang memberikan gambaran bahwa
yang menjadi pusat dalam konseling adalah klien. Dengan teknik ini aktivitas
konseling sebagian besar ada ditangan klien. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Carl Rogers. Ciri-ciri
non directive counseling:
1.Menekankan pada aktivitas dan tanggung jawab
klien.
2.Menuntut konselor untuk mengadakan hubungan
secara efektif dengan klien.
3.Masalah-masalah yang dipecahkan adalah masalah-masalah actual.
3.Masalah-masalah yang dipecahkan adalah masalah-masalah actual.
4.Penekanan konseling pada sikap menerima dan
memahami.
5.Klien memecahkan masalahnya sendiri melalui
perasaannya sendiri.
c) Eclectic
Counseling; Teknik
ini dipelopori oleh F.P Robinson. Teknik ini pada prinsipnya menggunakan
penggabungan antara direktif dan non direktif konseling. Konselor menggunakan
kedua pendekatan secara melengkapi sesuai dengan situasi dan kondisi klien
serta sifat masalah klien.. Kondisi ini menuntut bahwa seorang konselor harus
fleksibel dengan keahlian yang memadai dan pengalaman yang cukup
Langkah-langkah konseling ini tidak dapat dirumuskan secara jelas karena dapat
saja konselor menggunakan kedua pendekatan seperti di atas secara bergantian
atau secara bersama-sama sekaligus sesuai dengan sifat masalah dan kondisi
klien.
3. Ragam Keterampilan Konseling :
a. Memperhatikan (Atending), dapat diartikan sebagai ketrampilan
konselor untuk menjadikan siswa terlibat dan terbuka dalam wawancara konseling.
Ketrampilan ini mencakup : kontak mata, bahasa badan dan bahasa verbal. Ciri-ciri
memperhatikan yang baik adalah : mengangguk bila setuju, wajah tenang, ceria,
senyum, posisi tubuh condong ke depan kearah siswa yang dibantu, akrab penuh
humor dan variasi, gerakan tangan sifatnya spontan dan tidak kaku, mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian, sabar menunggu ucapan siswa yang dibantu
hingga selesai, menunggu bereaksi pada saat yang tepat, perhatian terarah pada
siswa yang dibantu.
b. Merasakan (Empati), adalah kemampuan pembimbing untuk merasakan
apa yang dirasakan siswa yang dibantu, merasa dan berpikir bersama klien dan
bukan berpikir dan merasa tentang klien.
c. Memantulkan kembali (Refleksi), adalah memantilkan perasaan,
pikiran dan pengalaman siswa sebagai hasil pengamatan pembimbing terhadap perilaku
verbal dan non verbalnya.
d. Menggali (Eksplorasi), adalah tekhnik untuk menggali perasaan,
pikiran dan pengalaman siswa yang dibantu. Hal ini dilakukan karena pada
umumnya klien menyimpan rahasia bathin, menutup diri atau tidak mampu
mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalaman kehidupannya secara terbuka.
e. Menangkap Pesan Utama, adalah sipembimbing agar mampu menangkap
inti atau pokok permasalahan dari pernyataan-pernytaan siswa yang cukup
panjang.
f. Bertanya, dalam hal ini pembimbing dalam proses wawancara
konseling sebaiknya bertanya dengan kata-kata yang mampu membuka diri siswa
seperti : apakah…? bagaimanakah…, adakah…,dapatkah…, dsbnya. Hindarkan
penggunaan kata Tanya yang sifatnya menyelidiki, seperti : mengapa, untuk apa…
g. Dorongan Minimal, adalah suatu ketrampilan pengulangan langsung
dengan singkat tentang apa yang dikatakan siswa dan selanjutnya untuk diberikan
komentar singkat, seperti: oh…ya….,terus…,lalu…,dan…selanjutnya…
B. Langkah-langkah Konseling
1.
Mengidentifikasi Kebutuhan, Tantangan, dan Masalah
Menurut Dewa Ketut dan Desak Made, langkah-langkah
Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik di sekolah
terlebih dahulu diadakan Langkah Analisis, Langkah Sintesis dan selanjutnya diadakan
Langkah Diagnosis, dan Prognosis. (Dewa
Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 30). Sedangkan menurut Syahril dan
Riska, menyatakan terlebih dahulu diadakan; Identifikasi Kasus, dan Diagnosis.
1.1
Langkah Analisis
Menurut
Dewa Ketut dan Desak Made. Langkah Analisis “adalah langkah memahami kehidupan
individu siswa, yaitu dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber. Dengan
arti lain analisis merupakan kegiatan pengumpulan data tentang siswa yang
berkenaan dengan bakat, minat, motif, kesehatan fisik yang dapat menghambat
atau mendukung penyesuaian diri siswa. Alat-alat untuk keperluan analisis ini
antara lain berupa; Tes prestasi belajar, Kartu pribadi siswa, Pedomana
wawancara, Riwayat hidup, Catatan anekdot, Tes psikologis/Inventori, Daftar cek
masalah, Angket, Sosiometri, dan Daftar cek.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak
Made Sumiati, : 30).
1.2
Langkah Sintesis
Menurut
Dewa Ketut dan Desak Made “Sintesis adalah langkah menghubungkan dan merangkum
data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan
merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan
siswa. Rangkuman data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam
langkah analisis.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, : 31).
1.3
Identifikasi Kasus
Tingkah
laku seorang peserta didik yang harus dipahami oleh guru. Jikalau tingkah laku
murid itu tidak seperti biasanya di dalam kelas. Maka guru harus mencari tahu apa permasalahan yang di hadapi
peserta didik. Dengan kata lain juga disebut dengan istilah identifikasi kasus.
Menurut Syahril dan Riska, 1987 “identifikasi kasus yaitu usaha
menemukan/menentukan siswa yang perlu mendapat bimbingan. Cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar,
analisis karya tulis, pengisian DPM, observasi, sosiometri, dan sebagainya.
(Syahril dan Riska, 1987:86).
Artinya
pada langkah ini, guru mengenali gejala-gejala awal suatu masalah yang dihadapi
siswa. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan
secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak,
itulah yang disebut identifikasi kasus, kemudian dianalisis dan selanjutnya
dievaluasi.
Di
dalam situs massofa.wordpress, 2008 menceritakan seorang siswa; “Benin seorang
siswa yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia
memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun
guru karena pandai bergaul, tidak sombong, dan baik hati. Sudah dua bulan ini
Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi belajarnyapun mulai menurun.
Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan dengan guru
untuk mengamati Benin. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh
beberapa orang guru, ibu Heni kemudian melakukan evaluasi berdasarkan masalah
Benin dengan gejala yang nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat
masalah yang dihadapi Benin tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi
belajar Benin menurun, maka dapat diperkirakan Benin sedang mengalami masalah
‘kurang menguasai materi pelajaran’. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai
acuan langkah selanjutnya yaitu diagnosis.” (wordpress.com, 2008).
1.4
Diagnosis
Setelah mengadakan identifikasi kasus atau dengan arti
kata memperkirakan apa yang terjadi pada peserta didik, maka diadakan analisis
masalah yang dihadapi peserta didik atau dengan kata lain menetapkan “masalah”
yang berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah, atau disebut dengan “diagnosis.”
Di
dalam situs wikipedia, “diagnosis adalah identifikasi mengenai sesuatu.
Diagnosis digunakan dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, bisnis, dll.”
(wikipedia.com). Sedangkan menurut Dewa Ketut dan Desak Made, Diagnosis adalah
langkah menemukan masalahnya atau mengindentifikasi masalah. (Dewa Ketut
Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 31). Selanjutnya Dewa Ketut dan Desak Made
menjelaskan “langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya
dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran
data dalam hubungannya dengan penyebab masalah, peyuluhan haruslah menentukan
penyebab masalah yang paling mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab
akibat yang paling logis dan rasional.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made
Sumiati,:31).
Dijelaskan oleh Syahril dan Riska Langkah diagnosis atau
langkah yang kedua ini (dalam bukunya) adalah “untuk mengetahui jenis dan sifat
kesulitan serta latar belakang masalah yang dihadapi seseorang. Berdasarkan langkah kedua inilah kita dapat menetapkan apa kira-kira
masalah seseorang serta apa penyebab dari masalah tersebut.” (Syahril dan Riska
Ahmad, 1987:86). Selanjut Syahril dan Riska menjelaskan “Cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar,
analisis karya tulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi,
pertemuan kasus, dan sebagainya.
Artinya dalam langkah ini dilakukan
kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang
atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Dalam situs massofa.wordpress,
2008 masih menceritakan kasus Benin tadi. “Pada kasus Benin, dilakukan
pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat,
guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis
maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar
belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi yang didapat, Benin terlihat
menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun. Dari informasi keluarga di
dapat keterangan bahwa kedua orang tua Benin telah bercerai. Berdasarkan
analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada
pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Benin
menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin sedang mengalami
masalah pribadi.”(wordpress.com, 2008).
2.
Menganalisis Kebutuhan, Tantangan, Dan Masalah Peserta Didik
Setelah
melakukan semua yang berdasarkan di atas, maka seorang konselor melakukan
Prognosis, Pemecahan masalah, penilaian (evaluasi), dan tindak lanjut
(follow-up).
2.1
Prognosis
Menurut
Sayhril dan Riska. “Prognosis merupakan usaha untuk menelaah/mengkaji masalah
yang dialami seseorang, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika
masalah itu dibantu, serta memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan
diberikan kepada orang yang mengalami masalah tersebut.” (Syahril dan Riska
Ahmad, 1987:86). Atau dengan kata lain menurut Dewa ketut dan Desak Made
Prognosis adalah “suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat atau
mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana
yang ditemukan dalam langkah diagnosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made
Sumiati,:32).
2.2 Pemecahan
masalah/Terapi /Treatment
Menurut Syahril dan Riska, “langkah ini berupa usaha
untuk melaksanakan bantuan ataupun bimbingan kepada seseorang yang bermasalah,
sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan pada langkah yang ketiga
(Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk bantuan, antara lain layanan individual, layanan
kelompok, pengajaran perbaikan, pemberian pengajaran dan sebagainya. (Syahril
dan Riska Ahmad, 1987:86-87).
2.3 Penilaian
(evaluasi)
Menurut
Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil
bantuan yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat
hasil belajar siswa yang bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan
sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:87).
2. 4 Tindak
Lanjut (Folow-Up)
Syahril
dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk mengambil tindakan seperlunya yang akan
dilaksanakan sehubungan dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. (Syahril
dan Riska Ahmad, 1987:87).
3.
Mengetahui Pemberian Layanan Bimbingan.
a.
Bimbingan perorangan
b.
Bimbingan klompok.
4.Simpulan
Manfaat bimbingan dan konseling sepertinya masih belum
dirasakan oleh masyarakat, karena penyelenggaraannya dan pengelolaannya tidak
jelas. Kesan lama, Guru Pembimbing sebagai “polisi sekolah“ atau “Polisi
Susila” hingga kini masih melekat kuat pada sebagaian masyarakat, khususnya di
kalangan siswa dan guru bahkan dikalangan kepala sekolah.
Guru
Pembimbing dituntut paling tidak memiliki dua kemampuan dan keterampilan yaitu
:
1)
Kemampuan dan keterampilan memahami individu yang dibimbing dan
2) Kemampuan dan keterampilan berupa teknik
membantu individu.
Teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokkan
menjadi teknik tes dan non tes, sedangkan teknik memberi bantuan dibedakan
menjadi dua yaitu teknik-teknik bimbingan dan teknik-teknik konseling. Teknik
bimbingan secara umum dapat dilakukan dengan pendekatan individual, kelompok,
klasikal dan “alih tangan” Dalam pelaksanaan bimbingan dapat menggunakan
beberapa teknik, seperti : wawancara, dialog, diskusi kelompok, bimbingan
kelompok, simulasi, bermain peran, demonstrasi, ceramah, karya wisata,
mendatangkan nara sumber, studi pustaka dan sebagainya. Secara umum dalam wawancara konseling dikenal
tiga teknik atau pendekatan khusus, yaitu :
a) Direktif Konseling,
b) Non Direktif Konseling,
c) Eklektik Konseling.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking