Maandag 17 Junie 2013

jenis-jenis karangan (narasi, deskrpsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang
Menulis merupakan cabang ketrampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Ketrampilan dan kemampuan menulis tidak seta merta kita dapatkan begitu saja tanpa adanya belajar dan latihan, baik yang bersifat teoritis seperti pengetahuan tentang kebahasaan, setruktur kalimat, diksi dan pola paragraf. Pengetahuan tidak akan menghasilkan sebuah karya tanpa adanya kreatifitas. Bagi penulis pemula hendaknya ia terus rajin berkarya sebab, dengan karya-karya itulah kita akan terlatih menulis dan mengetahui titik kekurangan karya yang kita buat sebagai koreksi karyakarya kita berikutnya.
Pengetahuan tentang berbagai jenis karangan merupakan hal penting bagi seorang penulis. Sebab, dengan ia mengenali jenis karangan itu akan mampu membantu karya-karayanya  lebih berkualitas, tepat sesuai tujuan yang diharapkan dan menarik minat pembaca. Umpamanya, bagaimana cara kita mediskripsikan sesuatu objek, menyampaikan ide dan gagasan, memengaruhi seseorang dengan bahasa, dan menyampaikan informasi serta petunjuk.
Ada beberapa jenis karangan yang perlu kita pelajari yaitu:  Karangan Deskripsi, adalah suatu bentuk karangan yang  melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai citra penulisnya. Karangan Narasi, merupakan karangan yang menyampaikan kejadian menurut urutan kejadiannya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan  kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari peristiwa itu. Karangan Eksposisi yaitu karangan yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Karangan Argumentasi ialah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan Persuasi adalah karangan yang berisi paparan yang berdaya-bujuk, atupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit atau eksplesit yang dilontarkan oleh penulis.  
Buku ini ditulis dengan tujuan sebagai acuan belajar bagi para penulis untuk mengenali jenis-jenis karangan sebagai pembantu para penulis untuk menjadi insan-insan yang kreatif yang mampu menghasilkan buah karya yang bermanfaat bagi umat manusia, menarik, dan mendidik, mudah dimengerti, dan memberikan sumbang sih bagi kemajuan peradaban manusia.




Ilmu itu tidak akan memberi manfaat apapun, sekiranya pemilik ilmu itu tidak dimahkotai dengan budi pekerti dan akhlak mulia.

BAB II

KARANGAN DESKRIPSI

2.1           Karakteristik Karangan Deskripsi
kata deskripsi berasal dari bahas latin describre yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Dari segi istilah deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang  melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai citra penulisnya. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca. Singkatnya, karangan deskripsi merupakan karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca.
Bagaimana cara kita melukiskan sesuatu dengan sehidup-hidupnya?. Pertama;melatih diri mengamati sesuatu. Kedua; lukiskan bagian-bagian yang penting sedetail mungkin. Dengan demikian, dalam menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal; (a) kesanggupan berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. (b) kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang di deskripsikan. (c) kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi.
2.2           Pendekatan Deskripsi
a.    Pendekatan Ekspositoris
Dalam pendekatan ekspositoris, kita berusaha agar deskripsi yang kita buat dapat memberi keterangan sesuai keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat seolah-olah ikut melihat atau merasakan objek yang kita deskripsikan.
b.    Pendekatan Impresionistik
Tujuan deskripsi impresionistik ialah mendapatkan tanggapan emosional pembaca ataupun kesan pembaca.
c. Pendekatan Menurut Sikap Pengarang
Pendekatan ini sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, sifat, objek, serta pembaca deskripsinya. Pengarang harus menetapkan sikap yang akan diterapkan sebelum mulai menulis.
2.3 Macam-macam Deskripsi
a.      Deskripsi Orang
Untuk menulis deskripsi orang, kita harus menentukan hal-hal yang menarik dari orang yang akan kita deskripsikan. Setelah itu kemukakan informasi tentang orang itu dengan retorika pengungkapan  yang memungkinkan yang seolah-olah pembaca mengenalinya sendiri.
Lalu, apa saja yang layak dideskripsikan dari seseorang? Beberapa aspek berikut dapat kita pakai sebagai pegangan.
1.    Deskripsi Keadaan Fisik
Deskripsi keadaan fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat objektif. 
2.    Deskripsi Keadaan Sekitar
Deskripsi keadaan alam sekitar, yaitu pengambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh, misalnya pengambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat kediaman, kendaraan, yang ikut menggambarakan watak seseorang.
3.    Deskripsi Watak Atau Tingkah Perbuatan
Mendeskripsikan watak seseorang memang paling sulit dilakukan, kita harus mampu menafsirkan tabir yang terkandung dibalik fisik manusia.dengan kecermatan dan keahlian kita, kita harus mampu mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadian sang tokoh.
4.    Deskripsi Gagasan Tokoh
Hal ini memang tidak dapat dicerap dengan panca indra manusia. Namun, antara perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan yang erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan seseorang pada waktu itu.
b.    Deskripsi Tempat
Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat.
     Jika kita melukiskan suatu tempat, hendaknya kita bekerja dengan mengikuti cara yang logis dalam menyusun perincian. Kita juga harus mampu menyeleksi detail-detail dari suatu tempat yang di deskripsikan, sehingga detail-detail yang dipilih betul-betul mempunyai hubungan atau berperan langsung dalam peristiwa yang dilukiskannya.
     Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk mendeskripsikan suatu tempat. Pertama, bergerak secara teratur menelusuri tempat itu dan menyebutkan apa saja yang kita lihat. Kedua, mulai dengan menyebutkan kesan umum yang diikuti rincian yang paling menarik perhatian kita. Baru menyusul perincian lain yang kurang penting yang terdapat disekitarnya.
     Dalam memilih cara yang paling baik untuk melukiskan tempat, perlu kita pertimbangkan beberapa pokok persoalan untuk menyusun deskripsinya.
1.    Suasana Hati
     Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati manakah yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Misalnya, seseorang yang memiliki kesadaran tinggi akan keagungan Tuhan akan merasa kecil dan lemah atas kebesaran Tuhan bila sedang memandan lautan lepas. Sikap dan suasana hati itu dipertajam dengan pengalaman-pengalaman sehari-hari sehingga mempengaruhi pencerapan terhadap suatu objek deskripsi.
2.    Bagian Yang Relevan
     Pengarang deskripsi juga harus mampu memilih detai-detail yang relevan untuk mengambarkan suasana hati itu.
3.    Urutan Penyajian
Sebagai pengarang deskripsi dituntut mampu menerapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detail-detail yang dipilih.    
2.4                         Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi
untuk membantu mampermudah pendeskripsian, berikut disajikan rambu-rambu yang dapat kita ikuti.
a.       Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah akan mendeskripsikan orang atau tempat.
b.      Merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.
c.       Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya atau benda-benda disekitar tokoh? Kalau yang dideskripsikan tempat apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang menarik?
d.      Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskrpsikan? Pendekatan apa yang digunakan penulis?
2.5                         Uraian Contoh
Contoh 1   
 Ada bintang baru yang bakal hadir meramaikan bursa artis sinetron Indonesia. Dia adalah Cindi Claudiya Harahap, 22 tahun, putri pencipta lagi dan dedengkot grup the mercys, Ritno Harahap. Sekali bermain Cindi yang sudah melahirkan empat album lagu langsung mendapatkan peran menantang. Dalam serial Bidadari Yang Terluka, yang bakal ditayangkan 16 juni di RCTI, Cindi berperan sebagai miranda, wanita dewasa yang menggangu suatu keluarga karena kepala keluarganya adalah bekas pacarnya.
Bagaimana pengalamannya bermain sinetron? Menurut cindi, sangat menyenangkan. Hanya kesulitannya, menghayati peran sebagai wanita dewasa. “soalnya, cindi kan masih bergaya ABG (anak baru gede Red)”, katanya A. Latif Siregar dari Gatra. Karena aktif didunia keartisan sebagai penyanyi dan bintang sinetron, sekolah cindi sementara terhenti. Cindi, yang pernah bersekolah di Australia, punya rencana kembali ke Australia untuk melanjutkan studi musik. Atau, kangen  dengan teman dekatnya yang masih di Australia? Cindi, yang belum lama menjadi muslimah, cuma tersenyum.
Kegiatan lain Cindi adalah menyiapkan albumnya yang kelima. Tapi, untuk sementara tertunda karena pemilik badan 170 senti meter itu sibuk mengikuti Mbak Tutut untuk berkampaye Golkar. Sejak dulu, ia dekat dengan putri pertama Pak Harto itu. Bahkan, ia memanggilnya dengan “Bude”. “sejak dulu, kami sudah akrab karena mama kan kerabat bude dari mangkunegaran,” ujar cindi serius.
Contoh 2
     Di hadapanku terbaring jenazah muridku didalam sebuah peti mati yang sering disebut terbelo. Almarhumah sedang dihormati dengan suatu tata cara yang teramat ganjil, tanpa kehdiran ayah, ibu, dan saudara-saudara dekatnya. Bahkan tidak seorang kenalan lamanya pun nampak disini. Padahal mereka semua tinggal di kota ini. Keharuan menyelinap didalam hatiku. Dan membersit pula pertanyaan; mungkinkah aku akan menemui akhir hayat seperti Wati, disingkirkan sanak keluarga dan begitu terasing? Atau barangkali malah jenazahku kelak tidak diurus orang sama sekali seperti halnya mayat-mayat di medan perang yang ganas? Dan datanglah jawaban; mungkin, mungkin semua serba mungkin.
     Sebelum suami almarhum muncul didepanku timbul pula pertanyaan tentang muridku itu yang tertuju buat diriku sendiri: prestasi apakah yang pernah dicapainya selama ini? Sudahkah ia merasakan kebahagiaan dalam usia yang belum mencapai duapuluh delapan? Alangkah singkatnya hidup ini.
2.6           Kesimpulan
     Dari segi istilah deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang  melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai citra penulisnya.
Agar deskripsi yang kita buat terlihat hidup kita dapat melakukan hal-hal berikut: Pertama;melatih diri mengamati sesuatu. Kedua; lukiskan bagian-bagian yang penting sedetail mungkin. Dengan demikian, dalam menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal; (a) kesanggupan berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. (b) kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang di deskripsikan. (c) kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi.
       





Barang siapa yang bertambah pengetahuannya, tapi tidak mendapatkan petunjuk-Nya, maka dengan ilmunya itu ia tidak akan semakin taat dan patuh pada tuhannya melainkan semakin jauh dan jauh, sebab itu iman adalah pondasi, dan bangunlah pondasi sekokoh mungkin agar engkau tidak was-was mendirikan bangunan diatasnya.

BAB III
KARANGAN NARASI

3.1           Karakteristik Karangan Narasi

Istilah narasi berasal dari bahasa inggris narration (cerita) atau narative (yang menceritakan). Karangai ini berusaha menyampaikan kejadian menurut urutan kejadiannya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan  kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari peristiwa itu. Dengan kata lain, karangan semacam ini hendak memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya, ”Apa yang terjadi?”. Jika pengertian narasi demikian, maka apa bedanya dengan karangan deskripsi?. Unsur penting yang membedakan dari deskripsi yaitu karangan narasi mengandung unsur utama berupa unsur perbuatan dan waktu. Hal yang penting untuk kita ingat dalam mengarang narasi adalah: (1) walau khayal atau berimajinasi, kita tidak boleh sesuka hati menciptakan cerita. Tokoh harus bertindak wajar sesuai dengan watak dan kepribadian yang diberikan; (2) harus berlogika, kalau tidak cerita akan kacau dan sukar dimengerti. 
Tujuan penulisan narasi secara fundamental ada dua yaitu; (1) memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca. Tujuan seperti ini akan menghasilkan narasi yang lazim disebut narasi informasional atau narasi ekspositoris, sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan pembaca sesudah membaca karangan tersebut; (2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. tujuan seperti ini akan menghasilkan jenis narasi artistik atau narasisugestif, sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Agar lebih jelas perbedaan narasi informasional dan narasi artistik dapat kita lihat pada tabel berikut: 
Narasi Informasional
Narasi Artistik
1.    Memperluas pengetahuan;

2.    Menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian;
3.    Didasarkan pada suatu penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional;

4.    Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada pemakaian kata-kata denotatif.
1.    Menyampaikan suatu makna atau suatau amanat yang tersirat;
2.    Menimbulkan daya khayal;

3.    Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar;
4.    Bahasanya lebih condong kebahasa figurataif dengan menitik beratkan kata-kata konotatif.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
3.2 Prinsip-prinsip Narasi
a. Alur (Plot)
Alur dan jalan cerita tidak dapat dipisahkan, tetapi harus dibedakan. Orang sering mengacaukan kedua pengertian tersebut. Jalan cerita memuat kejadian. Tetapi suatu kejadian terjadi karena ada sebabnya, ada alasannya. Sesuatu yang menggerakan cerita tersebut dinamakan alur, yaitu segi rohaniah dari suatu kejadian. Suatu kejadian berkembang jika ada yang menyebabkan terjadinya perkembangan, dalam hal ini konflik.
Intisari dari aluar memang konflik. Tetapi suatu konfik dalam narasi tidak bisa dipaparkan begitu saja, harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur sering dikupas menjadi elemen-elemen berikut: (1) pengenalan; pada tahap ini pengarang mulai melukiskan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokah cerita sebagai pendahuluan; (2) timbulnya konflik; pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian antara tokoh; (3) konflik memuncak; (4) klimaks; (5) pemecahan masalah dan penyelesaian.
Alur dalam narasi, merupakan kerangka dasar yang sangat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan bertalian satu sama lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan itu, bagaimana situasi dan perasaan karakter yang terlibat dalam tindakan itu yang terikat dalam suatu kesan waktu. Baik tidaknya pengarapan sebuah alur dapat dinilai dari beberapa hal berikut: (1) apakah tiap insiden susul menyusul secara logis dan alamiah; (2) apakah tiap pergantian insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya; (3) atau apakah insiden terjadi secara kebetulan?. 
b. Penokohan
Salah satu ciri narasi adalah mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam sutu rangkaian perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa atau kejadian. Tindakan, peistiwa, kejadian itu disusun bersama-sama sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal. Untuk mendapatkan pemusatan kesan itu, perlu diadakan pemilihan dan pembatasan tokoh yang akan bertindak atau yang akan mengalami peristiwa atau kejadian dalam keseluruhan narasi.
c. latar
Penyebutan nama latar secara pasti atau secara umum dalam narasi sebenarnya menyangkut esensi dan tujuan yang hendak dicapai narasi itu sendiri. Narasi informasional esensinya adalah hasil pengamatan pengarang yang diinformasikan kepada pembaca. Untuk itu kesatuan kesan dapat diperoleh dengan pembatasan penyebutan latar, dengan konsekuensi adanya pembatasan peristiwa atau perbuatan yang dialami tokoh. Narasi artistik esensinya adalah hasil imajinasi pengarang untuk memberikan pengalaman estetik kepada pembaca. Penyebutan latar secara konsisten, berfungsi merangsang imajinasi pembaca untuk menghasilkan suatu dunia mandiri yang utuh. Dunia mandiri yang utuh dalam narasi artistik tampak dengan adanya konsistensi antara pengisahan latar fisik dengan suasana pisikologis yang dibangkitkan.

d. Sudut Pandang
Sebelum menulis narasi, sudut pandang untuk sebuah cerita harus ditentukan terlebih dahulu. Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan cerita ini.
1. Narator Serba Tahu
Dalam kedudukan ini narataor bertindak sebagai pencipta segalanya, ia tahu segalanya, ia bisa menciptakan apa sajayang ia perlukan untuk melengkapicerita sehingga mencapai efek yag diinginkan. Pengrang juga bisa mengomentari kelakuan para pelakunya. Bahkan, pengarang bisa bicara langsung dengan pembacanya.
2. Narator Bertindak Objektif
Dalam teknik ini pengarang bekerja seperti dalam teknik narator serba tahu, hanya pengarang sama sekali tidak  memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi “pandangan mata”. Pengarangnya menceritakan apa yag terjadi seperti penonton melihat pementasan derama. Pengrang ama sekali tidak mau masuk kedalam pikiran para pelaku.
3. Narator (Ikut) Aktif
Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam pengunaan kata ganti orang (aku, saya, kami). Dengan kedudukan demikian nrataor hany dapat melihat dan mendengar apa yang bisa dapat meliht dan mendengarnya.
4. Narator Sebagai Peninjau
Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian cerita kita ikuti berama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang pendapatnya atau perasaannya sendiri. Sementara terhadap tokoh-tokoh lain hanya dapat memberitahukan kepada kita seperti apa yang ia lihat saja.
3.3 Pengembangan Narasi
a.  Penyusunan Detail-Detail Dalam Urutan  
Salah satu ciri khas karangan narasi jika dibandingkan dengan karangan yang lain adalah organisasi detail-detail kedalam urutan ruang-waktu yang menyarankan adanya bagian awal, tengah dan akhir cerita. Untuk pergantian pengisahan narasi yang mementingkan aspek tempat dapat menggunakan cara: (a) mulai dari bagian tengah atau pusat kebagian tepi atau pinggir; (b) mulai dari bagian tepi atu pinggir kebagian tengah atau pusat. Pergantian pengisahan narasi yang menonjolkan aspek waktu dapat menggunakan cara: (a) urutan kronologis yaitu pergantian pengisahan peristiwa dari satu waktu mengawali kewaktu berikutnya; (b) urutan epik ialah urutan pergantian peristiwa dengan memulai dari insiden atau keadaan yang penting, menarik, lua biasa, atau mengasyikkan kemudian menghasilkan peistiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Pergantian pengisahan narasi yang menonjolkan aspek adegan, dapat menggunakan cara: (a) straightfoward, yakni cerita dikisahkan secara berturut-turut, bergerak maju dari satu kejadian kejadian berikutnya; (b) beralur, yakni cerita disusun untuk merangsang tegangan melalui penyisipan cerita dengan menggunakan peristiwa-peristiwa yang telah lalu secara flashback atau memaki peristiwa-peristiwa yang telah diperhitungkan terjadi pada masa akan datang .
Megahiri sebuah cerita dapat dilakukan dengan cara pertama, dengan cara penyingkatan terutama jika materi ceritanya memberi informasi; kedua, dengan cara pemilihan insiden yang signifikan, sehingga cerita menjadi hidup dan sugestif.
b. Pengunaan Deskripsi, Eksposisi, dan Dialog
Deskripsi yang terperinci akan menciptakan suasana yang di kehendaki. Deskripsi akan semakin jelas  jika pengarang pandai menggunakan kata-kata yanag merangsang pancaindra. Deskripsi dalam narasi tidak akan cukup membawa terus kecerita selanjutnya tanpa adanya eksplanasi atau komentar. Untuk itu diperlukan pula eksposisi yang menerangkan sesuatu. Eksposisi memuat keterangan atau penjelasan sesuatu tentang pokok persoalan tertentu , baik itu faktual maupun imajinatif, baik itu berupa ide atau opini. Eksposisi dalam narasi akan memberikan penjelasan atau komentar mengapa ada hal-hal tertentu yang terjadi, dan mengapa tokoh tertentu melakukan perbuatan tertentu pula. Sementara itu, untuk membangkitkan kesan dramatik dan objektif kita tidak hanya menggambarkan atau meberi penjelasan prihal perbuatan atau pengalaman tokoh, melainkan meyajikan secara langsung perbuatan yang dilakukan tokoh tersebut. Penyajian secara langsung lazim disebut dialog. Dengan dialog tokoh kita akan tampak lebih hidup, dan secara langsung menyampiakan dirinya sebagai pribadi yang lengkap.


3.4 Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi
a.    Tentukan tema dan amanat yang akan disampaiakan;
b.    Tetapkan sasaran pembaca kita;
c.     Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk sekema alur;
d.    Bagi peristiwa utama itu kedalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita;
e.    Rincian peristiwa-peristiwa utama kedalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita;
f.     Susun tokoh dan perwatakan , latar, dan sudut pandang.
3.5 Uraian Contoh

Sudah Tua Renta Tapi Banyak Jasa

     Nama dia sendiri Tarkimi. Tapi lebih dikenal dengan panggilan bu Dar’an, karena telah puluhan tahun menjadi istri Pak Dar’an. Kini Bu Tarkimi atau Bu Dar’an ini usianya 65 tahun, sudah tua renta, lagi bersetatus janda, sebab hampir setahun lalu pak Dar’an meniggal dunia. Namun demikian, ketuaannya tidak menjadi penghalang pekerjaan pokoknya sebagai tukang memperbaiki alat-alat musik yang terbuat dari kayu, mulai cuk yang kecil sampai bass yang besar, mulai gitar model kuno sampai gitar listrik modek akhir.
     Sebenarnya, Pak Dar’an itulah sejak kecil suka main musik terutama keroncong, yang pandai memperbaiki alat-alat musik, dan begitu terkenal sejak penjajahan belanda dulu, sampai detik-detik terakhir sebelum meninggalnya. Pak Dar’an terkenal sangat teliti dan rapidalam bekerja, sehingga banyak pemilik alat-alat musik yang kebetulan mengalami kerusakan, membawa alat-alatnya kesana untuk diperbaiki. Mereka yang datang bukan hanya dari kota Tegal saja sebagai tepat kelahiran sekaligus tempat praktik pak Dar’an, tetapi juga dari kota-kota lain seperti Pemalang, Pekalongan, Selawi, Bumiayu, Brebes, pendek kata seluruh karesidenan Pekalongan. Rupanya kebolehan Pak Dar’an dengan istrinya dalam mereparasi alat-alat musik ini tak ada duanya di karesidenan Pekalongan.
     Bagaimana kisah Bu Tarkimi bisa bertemu Pak Dar’an? Tanya penulis. “Wah, mula-mula saya hanya menjadi tukang masak perkumpulan orkes yang bernama “Mata Roda”. Salah satuanggotanya adalah pak Dar’an itu” katanya. “kemana-mana kalau orkes Mata Roda mengadakan pertunjukan, saya tentu dibawa sebagai tukang mengurus makanan dan minuman. Lama-kelamaan, karena kami sering bertemu pandang, dia melamar saya dan kemudian saya diambil sebagai istrinya, dengan maskawin tuju ringgit," sambungnya.
     Dan sejak Pak Dar’an meninggal dunia, semua pekerjaan memperbaiki alat-alat musik diambil oleh Bu Dar’an. Karena keterbatasan kemampuan serta tenaganya, maka Bu Dar’an tidak sanggup membuat gitar, cuk, bass, atau cello lagi. Dulu, ketika Pak Dar’an masih hidup, dia memang bukan hanya pandai memperbaiki saja. Bahkan gitar, cello, bass, atau cuk buatannya sangat terkenal karena mutunya tidak kalah jauh dengan buatan luar negri.
     Pak Dar’an dimasa mudanya memang dikenal sebagai “Buya Keroncong”. Dan perkumpulannya yang bernama “Mata Roda” merupakan orkes keroncong yang paling top pada masa itu. Dan rupanya Bu Tarkimi yang masih gadis itu sangat terpesona pada kemahiran pemuda Dar’an dalam memainkan melodi atau cuk, sehingga akhirnya dia pun jatuh cinta pada si “Buya Keroncong” ini. Dan jadilah bu Dar’an mulai berkenalan dengan alat-alat musik. Walaupun tidak pandai memainkannya, lama-kelamaan Bu Dara’an tahu juga bagaimana memperbaikinya. Pasangan suami-istri ini terus mengembangkan kemahirannya sebagai tukan reparasi alat-alat musik, sampai dikenal jauh dari kota asalnya.
     Sampai kini Bu Dar’an yang tua renta ini tidak pernah kekurangan pekerjaan. Selalu ada saja orang-orang yang datang minta jasa baiknya untuk membantu memperbaiki alat-alat musik mereka.
     “Ya, dari sini Nak, saya makan. Habis saya tak punya seorang pun anak dan tak ada pekerjaan lain yang bisa mendatangkan uang.” Katanya. Berapa tarifnya untuk memperbaiki alat-alat musik ini? “Itu sih bergantung dari kerusakannya, termasuk ringan atau berat. Gitar yang masih rusak ringan cukup dengan ongkos Rp 500,00 tapi yang berat Rp 1000,00  bila agak berat Rp 2000,00. Biola, biar kecil tapilebih  rumit, ongkos reparasinya Rp 1000,00 sampai Rp2000,00.” Katanya mengakhiri omong-omong dengan penulis sore itu di rumahnya yang sangat sederhana, di kampung Krobongan Kotamadya Tegal.                  
3.6 Kesimpulan
Karangan narasi adalah Karangai yang berusaha menyampaikan kejadian menurut urutan kejadiannya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan  kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari peristiwa itu. Karangan narasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya karangan lain sebagai pendukung seperti eksposisi, deskripsi dan dialog.menulis karangan narasi dapat kita lakukan dengan cara: (a) Tentukan tema dan amanat yang akan disampaiakan; (b) Tetapkan sasaran pembaca kita; (c) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk sekema alur; (d) Bagi peristiwa utama itu kedalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita; (e) Rincian peristiwa-peristiwa utama kedalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita; (f) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.



Bernilai manakah sebukit emas daripada seunguk lumpur?, tapi bagi sebuah benih?, Kita adalah benih-benih yang lekas tumbuh, patutlah tidak cinta dengan tipudaya dunia, atau kita akan lekas kering dan menguning bagai kemangi memanjat batu.
BAB IV
KARANGAN EKSPOSISI

4.1 Karakteristik Karangan Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari bahasa inggris exsposition yang berarti “membuka” atau “memulai”. Memang karangan eksposisi itu karangan yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama adalah informasi. Hal utama yang dikomunikasikan terutama berupa: (a) data faktual; (b) suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta; (c) mungkin sekali berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus,asalkan tujuan utamanya untuk memberikan informasi. Agar karangan eksposisi itu jelas seringkali disertakan gambar,denah, peta dan angka-angka.
4.2 Langkah-langkah Peyususnan Eksposisi
Langkah yang kita tempuh dalam menbuat eksposisi adalah sebagai berikut: (a) menentukan topik karangan. Topik inilah yang akan kita kembangkan menjadi karangan. Topik atau tema eksposisi dapat berupa pikiran, gagasan, atau ide yang menjadi pusat dan menjiwai eksposisi. Oleh karena itu topik tidak boleh terlalu luas, topik yang luas haruslah kita batasi dengan cara memecah topik itu menjadi topik-topik kecil. (b) tujuan penulisan, dengan topik kita dapat menuliskan tujuan paparan yang kita buat. Tujuan penulisan eksposisi tersebut merupakan hal yang sangat penting. (c) membuat kerangka karangan, kerangka karangan adalah garis besar urutan hal-hal yang akan kita paparkan tentang topik yang kita pilih. Dapat pula dikatakan bahwa kerangka karangan merupakan rencana penataan materi karangan secara garis besar. Kerangka karangan dapat kita susun dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, semua gagasan yang dapat kita kumpulkan kita catat dan kita pilih mana saja yang dapat dijadikan gagasan utama. Kedua, tiap-tiap pikiran utama kita kembangkan dengan beberapa pikiran penjelas. Ketiga, pikiran penjelas dapat dikembangkan lagi dengan menyebutkan penjelasan yang lebih teliti atau detai yang diperlukan. Untuk mengetahui baik-tidaknya kerangka karangan, dapat kita mengujinya dengan pertanyaan berikut:
a.    Sudahkah tujuan eksposisi diyatakan dengan memuaskan?
b.    Sudah lengkapkah kerangka itu dengan pikiran, gagasan, ide yang kita perlukan?
c.    Sudah jelaskah hubungan antara bagian eksposisi kita?
d.    Sudah logiskah urutan dan pengembangannya?
e.    Dapatkah tiap-tiap pikiran yang tertulis dalam kerangka dikembangkan dengan perincian-perincian?
f.     Adakah bagian yang memerlukan penjelasan dengan gambar, denah, atau grafik?
Menyusun dan mengembangkan eksposisi yang efektif sangat bergantung pada dua hal:
a. sifat penjelasan atau keterangan yang akan kita berikan;
b. tujuan yang akan kita capai.
4.3 Teknik Pengembangan Eksposisi
a. Teknik Identifikasi
Teknik identifikasi adalah sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan jelas. Sesuatu yang diidentifikasikan dapat bersifat fisik atau konkret, dapat pula bersifat non-fisik atau abstrak.


b. Teknik Perbandingan
Pengembangan eksposisi dengan teknik perbandingan ini kita lakukan dengan mengemukakan uraian yang antara hal-hal yang kita tulis dengan sesuatu hal yang lain. Perbandingan ini kita lakukan dengan menunjukkan persamaan- persamaan dan perbedaan-perbedaan antara keduanya. Hal lain yang dijadikan sebagai bandingan tentunya adalah hal yang telah diketahui pembaca. Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dengan memakai teknik perbandingan sebagai berikut:
a.    Memperkenalkan sesuatu yang baru yang belum diketahui pembaca, dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang telah diketahuinya;
b.    Memperkenalkan beberapa hal dengan menghubungkan nya, dengan prinsip-prinsip umum yang berlaku secara bersama, prinsip umum ini dipakai sebagai landasan untuk membandingkan dengan hal-hal yang dianggap belum diketahui pembaca;
c.    Menggunakan prinsip-prinsip umum atau gagasan umum dengan membandingkan hal-hal yang telah diketahui pembaca.
1. Perbandingan Langsung
Teknik perbandingan langsung kita gunakan apabila kita ingin menjelaskan suatu hal dengan menunjukkan perbedaan dan persamaannya antara hal yang kita jelaskan itu dengan hallain secara langsung.
2. Analogi
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik perbandingan analogi kita lakukan dengan menyamakan hal yang kita jelaskan dengan hal lain.
3. Perbandingan Kemungkinan
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik perbandingan kemungkinan, kita kemukakan bahwa sesuatu mungkin bisa terjadi dengan melihat sesuatu yang lain yang berkaitan dengannya bisa terjadi.
c. Teknik Ilustrasi
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik ilustrasi sering digunakan, karena teknik ini berusaha menunjukan contoh-contoh nyata, baik contoh-contoh untuk pengertian yang konkret maupun contoh-contoh untuk menggambarkan yang abstrak.
d. Teknik Klasifikasi
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik klasifikasi, suatu pokok masalah yang majmuk dipecah atau diuraikan menjadi bagian-bagian, dan kemudian digolong-golongkan secra logis dan jelas menurut dasar penggolongan yang berlaku sama bagi tiap bagian tersebut. Prinsip-prinsip penggunaan teknik klasifikasi adalah sebagai berikut:
a.    Harus terdapat ciri menonjol yang dapat merangkum semua objek yang diklasifikasikan;
b.    Harus logis dan konsisten;
c.    Harus bersifat menyeluruh;
d.    Harus selektif.
d. Teknik Definisi
Definisi kurang lebih merupakan penjelasan formal terhadap pembatasan-pembatasan arti-arti dengan tujuan untuk jelasnya komunikasi. Ada beberapa macam definisi yang biasa digunakan yaitu:
1.    Sinonim, disebut juga definisi nominal. Dalam komunikasi konsep-konsep disimbulkan dengan kata-kata. Untuk menjelaskan konsep yang telah tertuang dalam suatu kata, cara yang paling mudah adalah mencari sinonim kata tersebut;
2.    Definisi Formal, definisi ini biasa digunakan untuk menjelaskan sesuatu secara singkat. Definisi ini disusun dalam suatu kalimat dengan meletakkan suatu hal yang didefinisikan padakelas yang umum dan kemudian dibedakan dengan anggota yang lain dari kelas tersebut;
3.    Definisi Luas, yaitu definisi formal yang diperluas. Definisi ini dapat berwujud dalam beberapa kalimat.
e. Teknik Analisis
Analisis merupakan cara  pemecahan masalah. Suatu pokok masalah dipecah menjadi bagian-bagian yang logis. Cara penganalisisan suatu pokok masalah dapat bermacam-macam cara, sesuai dengan penglihatan dan penalaran kita. Macam-macam teknik analisis dalam karangan eksposisi:
1.    Analisis proses, yaitu memaparkan proses sebenarnya memberi penjelasan tentang bagaimana bekerjanya sesuatau, bagaimana terjadinya sesuatu, atau bagai mana membuat dan mengerjakan sesuatau;
2.    Analisis sebab-akibat, sebuah topik karangan eksposisi dapat kita analisis  dengan memecahkan menjadi beberapa peristiwa. Tiap-tiap peristiwa kita hubungkan satu dengan yang lain, untuk menelusuri sebab akibatnya. Mengapa peristiwa itu terjadai?, apa sebabnya?, dan apa akibatnya?;
3.    Analisis bilangan, analisis ini merupakan tipe analisis yang membagi pokok masalah yang tunggal menjadi bagian-bagian berdasarkan aspek yang berbeda;
4.    Analisis fungsisonal, yaitu mengaitkan bagian-bagaian itu dengan fungsinya terhadap keseluruhan pokok maslah.
4.4           Uraian Contoh
Contoh 1
Keseimbangan Oksigen-Karbon Dioksida

Hampir semua kehidupan di dunia ini memerlukan keseimbangan yang tepat antara gas oksigen dengan gas karbon dioksida, dan bila keseimbangan itu terganggu akan kacaulah kehidupan semua bentuk. Dunia tumbuhan tiap tahunnya menghasilkan 94 milyar ton oksigen, sementara itu jasat renik, hewan, dan manusia menghisap oksigen itu dan menghembuskan karbon dioksida ketika bernafas.
Gas yang disebutkan terakhir itu, dimanfaatkan tumbuhan sebgai pembuatan gula, zat pati, selulosa, asam amino, dan lemak; semuanya merupakan hasil-hasil bumi yang ikut menunjang kehidupan manusia dan segala keperluannya. Kita tahu bahwa dalam udara yang kita hirup itu kadar oksigennya 21 persen, kadar yang selama ini tetap terpelihara. Tetapi dunia industri menghabiskan 41 peresen oksigen yang dihasilkan tumbuhan tiap tahun untuk kebutuhan roda peridustrian. Kalau dituliskan dalam bilangan nyata industri tersebut menghabiskan 400 ton oksigen tiap menit yang diambil dari udara tanpa pengembalian. Meskipun bilangan itu besar, tetapi memang belum sampai membuat kita sesak nafas. Hal itu disebabkan kekayaan oksigen bumi sekitar 1.2 juta milyar ton sehingga kehilangan 400 ton setiap menit yang diambil industri belumlah ada artinya.
Namun, harus diingat bahwa bersamaan dengan penyusutan oksigen itu, udara bumi mendapatkan tambahan karbon dioksida. Karbon dioksida yang kadarnya di dalam udara selalu ditingkatkan oleh cerobon pabrik industri, lambat-lambat tetapi akan menghangatakan udara di atas bumi sehingga ada perkiraan bahwa dalam jangaka waktu satu abad dari sekarang daerah-daerah kutub akan dipanasi dan naik sepuluh drajat celcius. Selain hawa akan terasa makin panas, permukaan laut akan naik puluhan meter karena mencairnya es kutub.
Industri harus diperingatkan karena pengembalian oksigen dan penambahan karbon dioksida katanya telah mengganggu keseimbangan yang sudah ada, meskipun pengaruh itu masih terasa sangat kecil. Industri juga menyemburkan debu-debu industri bersama asapnya. Di daerah industri, sejumlah besar debu partikel ibarat disemprotkan ke atmosfer bumi. Partikel debu yang besar dalam waktu yang tak lama akan turun ke bumi atau terbawa hujan. Namun, partikel yang ringan akan tetap melayang-layang di udara, membentuk semacam selimut yang menghambat pancaran panas (radiasi) dari permukaan bumi. Akhirnya, sama saja bumi terasa makin panas. Keadaan ini mudah dirasakan di daerah-daerah induistri.
 Contoh 2
Vitamin A
Vitamin A terdapat dalam mentega, ikan, buah-buahan berwarna kuning, dan sayur-sayuran. Diet yang rendah vitamin A dapat menyebabkan resistensi yang menurunkan terhadap infeksi, nafsu makan yang menurun, dan pencernaan makanan yang tidak sempurna. Pada mata dapat menyebabkan xeropthalmia. Pada kulit, kekurangan vitamin A menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau penonjolan pada lengan, bahu, dan tungkai dengan ukuran yan berbeda-beda yang mengelilingi folikel-folikel. Biasanya mulai pada bagian depan dan samping lengan atas, kemudian menyebar kebagian lengan, tungkai, bahu, perut, dan akhirnya bila sampai berlarut-larut dapat menjalar kemuka. Penonjolan-penonjolan ini keras, kering, warnanya lebih gelap dari kulit sekitarnya dan tengahnya teras tajam.di muka menyerupai jerawat dan kulit muka kering sekali.
Kelebihan vitamin A juga memberi gejala yang tidak dikehendaki orang. Dilaporkan, terjadi pada anak-anak yang orang tuanya memberikan terlalu banyak vitamin A. Gejala-gejala kelebihan vitamin A rambut menjadi rontok , juga alis mata. Rambut yang tinggal menjadi kasar dan kering, bibir pecah-pecah, pigmentasi dan gatal-gatal pada kulit. Pada orang dewasa gejalanya terjadi sakit-sakit pada sendi tulang, pembentukan sisik-sisik pada kulit dan kerut-kerut pada pinggir mulut dan lubang hidung. Rambut rontok dan yang ketinggalan pun menjadi kasar dan kering serta pigmentasi pada kulit muka dan leher. Bila dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan gejala-gejala seperti lelah, nyeri otot, nafsu makan menurun, sakit kepala, dan penurunan berat badan. Dengan menghentikan vitamin A dalam beberapa minggu gejala ini akan hilang.       
4.5 kesimpulan
karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama adalah informasi. Langkah yang kita tempuh dalam menbuat eksposisi adalah sebagai berikut: (a) menentukan topik karangan; (b) tujuan penulisan, tujuan penulisan eksposisi tersebut merupakan hal yang sangat penting. (c) membuat kerangka karangan, kerangka karangan adalah garis besar.
Untuk mengetahui baik-tidaknya kerangka karangan, dapat kita mengujinya dengan pertanyaan berikut: (a) Sudahkah tujuan eksposisi diyatakan dengan memuaskan? (b) Sudah lengkapkah kerangka itu dengan pikiran, gagasan, ide yang kita perlukan? (c) Sudah jelaskah hubungan antara bagian eksposisi kita? (d) Sudah logiskah urutan dan pengembangannya? (e) Dapatkah tiap-tiap pikiran yang tertulis dalam kerangka dikembangkan dengan perincian-perincian? (f) Adakah bagian yang memerlukan penjelasan dengan gambar, denah, atau grafik?
Menyusun dan mengembangkan eksposisi yang efektif sangat bergantung pada dua hal: (a) sifat penjelasan atau keterangan yang akan kita berikan; (b)tujuan yang akan kita capai.

Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Tuhan tidak akan diberikan kepada ahli masiat.

BAB V
KARANGAN ARGUMENTASI
5.1 Karakteristik Karangan Argumentasi                         
Karangan argumentasi ialah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atu gagasan. Secara sederhana setiap argumen sulalu menjelaskan suatu pertalian antara dua pernyataan atau asersi yang bisa diurutkan.  Asersi pertama berupa alasan bagian asersi kedua. Misalnya, jika kita berkata,”biasanya tes mata kuliah sintaksis sangat sulit, karena itu saya harus belajar sungguh-sungguh dalam minggu ini.” Karangan argumentasi kita tulis tidak hanya sekedar bertujuan meyakinkan pembaca saja, kemungkinan yang kita harapkan dari karangan argumentasi dapat berupa:
a.    Membantah atau menentang suatu usul atau pernyataan tanpa berusaha meyakinkan atau mempengaruhi pembaca untuk memihak, tujuannya semata-mata hanya untuk menyampaikan pandangan;
b.    Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan mempengaruhi  keyakinan pembaca agar menyetujui;
c.    Mengusahakan suatu pemecahan masalah; atau
d.    Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
5.2 Langkah-langkah Menyusun Karangan Argumentasi
a.    Tentukan dahulu topik atau tema argumentasi kita;
b.    Tentukan tujuan kita berargumentasi dalam penulisan itu;
c.    Susun krangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang telah kita tentukan;
d.    Cari data, fakta, informasi serta bukti yang sesuai dengan argumentasi kita;
e.    Kembangkan krangka argumentasi menjadsi karangan argumentasi.
5.3 Teknik Pengembangan Karangan Argumentasi
a.    Teknik induktif, pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti yang berkaitan dengan topik;
b.    Teknik deduktif, pengembangan argumentasi dengan teknik ini dimulai dengan kesimpulan umumyang kemudian disusul uraian mengenai hal-hal yang khusus.
Mari kita lihat contoh berikut:
Contoh 1
Premis mayor            : Semua suku jawa dapat berbahasa jawa.
Permis minor : Parto orang jawa
Kesimpulan   : Parto dapat berbahasa jawa.
Contoh 2
Permis mayor            : Seorang guru pastilah pendidik.
Permis minor : orang yang berdiri di depan saya adalah guru.
Kesimpulan   : karena itu orang yang berdiri di depan saya                       
   juga seorang pendidik.
5.4 Uraian Contoh
Contoh 1
Bahasa Indonesia dan Pembakuannya
(Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)

Perubahan sosial budaya dalam masyarakat membawa serta perubahan bahasa. Sebagai alat perhubungan antar warga dan sebagai penerus ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia kian hari kian bertambah lincah, sesuai dengan tuntutan kehidupan masyarakat yang modren. Mengigat pula peranan yang dimainkan oleh bahasa Indonesia di Asia Tenggara sebagai alat komunikasi antar bangsa dibelahan bumi kita ini. Sudah sepantasnyalah dilakukan penelitian bahasa dan penginventarisan yang cermat.
Hasil penyelidikan itu akan merupakan bahan yang berharga dalam usaha kodifikasi bahasa Indonesia yang modren. Dengan kodifikasi bahasa diartikan penyusunan suatu sistem asas dan kaidah pemakaian bahasa. Hasil kodifikasi bahasa ini adalah bahasa baku atau bahasa standar, yakni suatu ragam bahasa yang berkekuatan sangsi sosial, dan yang diterima oleh masyarakat bahasa sebagai acuan atau model.
Masalah pembakuan bahasa itu mengenal telaah dalam, yang menyangkut sistem bahasa itu sendiri, misalnya dibidang ejaan, tata bahasa, tata nama, tata istilah, serta perkamusan. Telaah ini termasuk bidang linguistik deskriptif. Di samping itu, pembakuan bahas itu juga mengenaltelaah luar yang menyangkut fungsi bahasa baku dalam suatu masyarakat dan sikap masyarakat itu terhadap bahas yang baku. Telaah terakhir ini termasuk bidang sosio linguistik atau linguistik sosial.
Contoh 2
PENELITIAN BAHASA
     Masalah penelitian bahasa cukup rumit karena bahasa adalah sistemnya sistem, artinya ia mempunyai hierarki sistem. Dengan demikian, bahas menjadi ruwet. Disamping itu, variabel-variabel dalam penelitian bahasa, baik terapan maupun murni, sangat sulit dikontrol. Hal lain yang menyulitkan adalah bahasa itu bersifat terpadu (integrated), dan sesuatu yang terpadu sulit untuk diteliti daripada ia itu merupakan sesuatu satuan yang unit-unitnya mudah dipisahkan. Oleh karena sulitnya bahasa, maka biasanya para peneliti berusaha memisahkan salah satu komponen bahasa dan barulah komponen itu diteliti. Cara semacam ini memang lemah, tetapi karena ini merupakan satu-satunya cara yang sementara ini bisa dilakukan, maka mau tidak mau kita harus bersedia menerimanya. Kesulitan lain adalah karena bahasa itu pada dasarnya lisan dan diucapkan manusia yang bisa berubah setiap saat dan justru faktor manusiawi inilah yang menyulitkan penyelidikan bahasa.
                         
5.5 Kesimpulan
Karangan argumentasi ialah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atu gagasan. Langkah menyusun karangan argumentasi dapat kita lakukan sebagai berikut: (a) Tentukan dahulu topik atau tema argumentasi kita; (b) Tentukan tujuan kita berargumentasi dalam penulisan itu; (c) Susun krangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang telah kita tentukan; (d) Cari data, fakta, informasi serta bukti yang sesuai dengan argumentasi kita; (e) Kembangkan krangka argumentasi menjadsi karangan argumentasi.


Jika Tuhanhendak memulyakan seorang hamba maka akan Ia berikan padanya kepahaman tentang ilmu-ilmu agama.

BAB VI
KARANGAN PERSUASI
6.1 Karakteristik Persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan yang berdaya-bujuk, atupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit atau eksplesit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa. Ciri khas karangan persuasi yaitu berusaha mencapai suatu persetujuan atu penyesuaia kehendak penulis dengan pembacanya; ia merupakan proses untuk meyakinkan pembaca agar mau menerima apa yang diinginkan penulis.
6.2 Alat Pengembangan Karangan Persuasi
a.    Bahasa, bahasa dapat dipakai untuk kepentingan apasaja selama dalam batas-batas fungsinya sebagai alat komunikasi;
b.    Nada, berkaitan dengan sikap pengarang dalam menyampaikan gagsannya;
c.    Detail, yang dimaksud detail adalah uraian terhadap ide pokok sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya. Untuk memilih detail pengembangan persuasi perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut:
1.    Penting-tidaknya detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman pembaca;
2.    Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide pokok;
3.    Macam detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide pokok;
4.    Kapan setiap detail itu dihadirkan?;
5.    Ada-tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan ide pokok yang sebaiknya diangkat.
d.   Organisasi, dalam persuasi pengutaraan detail menggunakan prinsip “mengubah keyakinan dan pandangan”. Artinya, detail-detail itu bagaimana pun pengaturannya harus kita usahakan mampu mengarahkan keyakinan dan pandangan pembaca. Penataan detail-detail ini ada beberapa cara, antara lain; cara induktif, cara deduktif, cara kronologi, dan cara penonjolan.
e.    Kewenangan, yaitu kewenangan dalam hal tidak selalu berkaitan dngan kewenangan hukum. Kewenangan menyangkut “penerimaan dan kesadaran” pembaca terhadap pengarang. Seorang pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang berwenang apabila dia: (a) mempunyai dasar hukum dan menduduki jabatan tertentu; (b) berkecimpung dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu; (c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.
6.3           Uraian Contoh
Hati-hati Terhadap Pengaruh Kebudayaan Asing
     Pengaruh kebudayaan asing melanda masyarakat Indonesia sejak dulu sampai kini baik dibidang sastra, musik, tari, sport, model, filem, dan gaya hidup. Dalam dunia sastra kita mengenal novel pop atau cerita detektif.  Musik klasik, musik Hawaian sampai dengan hard rock lama menguasai pencinta musik kita. Tari balet, breakdance sudah tidak asing lagi bagi kita. Jenis olah raga waitankung, joging, golf, tenis banyak dilakukan masyarakat. Mode pakaian maksi, midi, sampai mini silih berganti melanda muda-mudi kita. Gaya hidup memakai blue jeans, makan sosis, minum bir, dan pergi ke salon seakan-akan merupakan simbol modernitas yang setiap orang diajak mengapainya.
     Kedaan di atas merupakan kenyataan bahwa masuknya kebudayaan asing menimbulkan perubahan sikap mental yang justru hanya terbatas pada pola atau gaya hidup yang konsumtif. Pola pikir yang produktif atau cara berpikir baru yang dituntut dalam kehidupan masyarakat modren yang sedang membangun hanya sedikit sekali menyentuhnya.
     Jika cara hidup kita bagi dalam tiga golongan besar: cara berpikir, cara bekerja, dan cara hidup maka akibat pengaruh budaya asing, cara hidup seorang akan cepat berubah daripada cara berpikir atau cara bekerjanya. Ironis sekali bila pada masa perkembangan ini seorang lebih dulu mengubah konsumsinya, sebelum ia mengubah apa yang dihasilkan atau bahkan sebelum ia mengetahui cara baru untuk menghasilkannya.
     Bagaimanakah sikap kita dalam menerima kebudayaan asing? Kita tidak apriori menentang usaha-usaha untuk memperkaya kebudayaan kita selama sesuai dengan unsur-unsur dan norma-norma kesusilaan kita. Dalam mempertimbangkan unsur-unsur mana yang dapat memperkaya atau merusak kebudayaan kita, maka pancasila merupakan alat seleksi setajam-tajamnya.
     Aktivitas kebudayaan nasional kita, baik dalam bidang kesusastraan maupun dalam cabang kesenian lain bahkan gaya hidup, harus mencerminkan jiwa dan watak nasional dan bersumber pada amanat keluhuran budi nenek moyang kita serta sesuai tuntunan bangsa yang sedang membangun. Seluruh aktivitas kebudayaan nasional harus bernada teleskopi. Artinya, melihat kejarak jauh, sambil memupuk jiwa percaya kepada kekuatan diri sendiri serta tetap berakar pada pancasila.
     Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap pengaruh kebudayaan asing, jangan sampai membuat kita tercabut dari akar kebudayaan kita sendiri.       
6.4  Kesimpulan
Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan yang berdaya-bujuk, atupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit atau eksplesit yang dilontarkan oleh penulis. Alat pengembangan karangan persuasi meliputi; bahasa, nada, detail, organisasi, dan kewenangan.

Ilmu bukan utuk dibanggakan, ilmu bukan untuk menyalahkan,
ilmu bukan untuk membodohi teman,
Yang tidak sedemikian hayalah kesombongan dan krisis iman.
Ilmu adalah penerang, ilmu adalah kedamaian,
ilmu adalah rahmat tuhan,
Yang sedemikian hanyalah para ulama yang dimahkotai iman, tawadhu dan akhlak mulia.

DAFTAR PUSTAKA
Suparno. 2003. Ketrampilan Dasar Menulis. Tangerang:         FKIP Universitas Terbuka Ciputat.

1 opmerking: