BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burhan
Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul “Teori Pengkajian Fiksi” menjelaskan bahwa kesusastraan
adalah suatu bidang kajian yang termasuk ruang lingkup Bahasa Indonesia di
samping kajian kebahasaan yang lain. Materi yang tercakup dalam kesusastraan adalah
puisi, prosa, dan drama. Dalam pembelajarannya, materi itu terintegrasi dalam
empat keterampilan berbahasa
(mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Keterintegrasian materi
sastra dalam empat keterampilan berbahasa
tersebut tujuannya adalah agar memperoleh dan memiliki pengalaman
berapresiasi sastra secara
langsung.
Pengetahuan tentang kesusastraan adalah hal wajib sebagai bekal
bagi calon guru bahasa, khususnya bahasa Indonesia karena hal tersebut termasuk
ketrampilan dasar yang harus dimiliki. Berapresiasi sastra, dapat menambah pengetahuan, wawasan,
kesadaran dan kepekaan perasaan, sosial, dan religinya akan terasah, dan akan
timbul penghargaan dan rasa bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Prosa, fiksi dan drama merupakan objek kajian kesusastraan yang
harus kita pahami dengan demikian kita dapat menganalisa, mengapresiasi dan
membuat karya prosa, fiksi, dan drama, oleh sebab itu pada makalah ini penulis
akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan prosa, fiksi dan drama.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud prosa fiksi dan drama?
2.
Apa saja jenis prosa
fiksi dan drama?
3.
Apa ciri karya sastra lama dan baru?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah
ini ditulis bertujuan sebagai konsep dalam mempelajari prosa, fiksi dan drama
serta jenis karya sastra dan hakikat karya sastra itu sendiri. Pengetahuan
tentang karya sastra merupakan pengetahuan wajib para calon guru bahasa Indonesia
sebagai bekal dasar yang harus dikuasai. Begitu kompleknya permasalah yang ada
dalam prosa, fiksi dan drama menuntut kita jeli dalam memahami dan menganalisa
khususnya pada karya sastra prosa dan fiksi.
1.4 Manfaat
Penulisan
Semoga dengan makalah ini dapat
menjadi menjadi penambah khasanah ilmiah
sebagai bekal menghadapi perkembangan zaman yang menuntut sumber daya manusia
yang handal baik dalam bidang skill
dan pengetahuan, serta professional dalam bidangnya. Orang yang mau menulis
maka dapat mengetahui dimana sisi kelemahan dari hasil karya tulis yang dibuatnya
sehingga, dapat memperbaikinya serta menambah pengetahuan bagi penulis sendiri,
serta dengan membaca maka pengetahuan akan bertambah dan diharapkan dengan
pengetahuan yang yang ada, kita dapat berbagi kepada anak didik kita kita.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Prosa Fiksi dan Derama
Kata prosa diambil dari
bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya memiliki pengertian yang
lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang digolongkan sebagai karya
sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti artikel, esai, dan sebagainya. Agar
tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa ini dibatasi pada prosa sebagai
genre sastra. Prosa menurut KBBI adalah karangan bebas (tidak terikat oleh
kaidah yg terdapat dalam puisi).
Kajian kesusastraan sering
mengistilahkan prosa sebagai fiksi (fiction), teks naratif (narrative
text) atau wacana naratif (narrative
discourse). Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan) dapat
diartikan karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak
sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi
bersifat imajiner. Hal ini berbeda dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi tokoh,
peristiwa, dan latar bersifat faktual atau dapat dibuktikan di dunia nyata
(secara empiris).
Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas
kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.
Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis yang dikutip oleh jakob sumardjo dam bukunya
yang berjudul” Apresiasi Kesusastraan”(1955),menjelaskan bahwa
fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun
biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasi hubungan –
hubungan antar manusia.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, fiksi
adalah cerita rekaan (roman, novel, dsb). Sudjiman, Burhan Nurgiantoro
(1995), menyebut fiksi ini
dengan istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang
mempunyai tokoh, lakuan, danalur yang dihasilkan oleh daya khayal atau
imajinasi, dalam ragam prosa.Logika dalam prosa fiksi adlah logika imajnatif,
sedangkan logika dalam nonfiksiadalah logika factual.Prosa fiksi dapat dibedakan
atas pendek dan novel.
Drama
adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu
unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita
secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Drama adalah karya
sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk di pentaskan atau di
pertunjukkan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, drama adalah komposisi
syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak
melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Cerita atau kisah, terutama yg melibatkan
konflik atau emosi, yg khusus disusun untuk pertunjukan teater. Drama juga
dapat di beri pengertian ceritra
atau karangan yang berbentuk skenario lengkap, dimana semuanya telah diuraikan
secara rinci oleh penulis drama, misalnya kalimat-kalimat yang harus diucapkan
oleh pemain, sikap dan gerak-gerik yang harus dimainkan oleh pemain juga tempat
adegan dalam cerita drama diuraikan secara rinci oleh penulisnya. Bahasa yang
dipakai disesuaikan dengan bahasa golongan pelaku. Bahasa jongos berbeda dengan
bahasa majikan, guru, dokter, pujangga dan lain-lain.
2.2
Jenis Prosa Fiksi dan
Drama
Prosa
fiksi dapat di bedakan atas prosalama dan prosa
baru. Sedangkan drama dapat dibedakan atas; drama menurut masanya dan drama
berdasarkan isi kandungan cerita .
2.2.1
Prosa Lama
Aminuddin dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Apresiasi Karya Sastra” menjelaskan Prosa lama adalah prosa yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat lama Indonesia. Prosa lama merupakan karya sastra
yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Prosa lama yang
mula-mula timbul dan disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum
dikenalnya bentuk tulisan. Setelah masyarakat Indonesia menjadi akrab dengan
tulisan, maka karya sastra berbentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak
itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra
pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada. Prosa lama terbagi atas:
2.2.1.1. Bidal
Bidal, adalah cara berbicara dengan
menggunakan bahasa kias. Bidal terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
a.
Pepatah
Pepatah adalah suatu peri bahasa
yang mengunakan bahasa kias dengan maksud mematahkan ucapan orang lain atau
untuk menasehati orang lain.
b.
Tamsil
Tamsil (ibarat) adalah suatu
peribahasa yang berusaha memberikan penjelasan dengan perumpamaan dengan maksud
menyindir, menasihati, atau memperingatkan seseorang dari sesuatu yang dianggap
tidak benar.
c. Kiasan
Ungkapan
tertentu untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya kepada seseorang, karena
sifat, karakter, atau keadaan tubuh yang dimilikinya. Kata-kata sebutan yang
digunakan dengan cara tersebut dinamakan bahasa kiasan.
d. Perumpamaan
Perumpamaan
adalah suatu peribahasa yang digunakan seseorang dengan cara membandingkan
suatu keadaan atau tingkah laku seseorang dengan keadaan alam, benda, atau
makhluk alam semesta.
e. Pemeo
Pemeo adalah suatu peribahasa yang
digunakan untuk berolok-olok, menyindir atau mengejek seseorang atau suatu
keadaan.
2.2.1.2 Hikayat
Hikayat berasal dari India dan Arab,
yaitu bentuk sastra lama yang berisikan cerita kehidupan para dewa-dewi, peri,
pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib.
Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan
dalam hikayat, kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil
tokoh-tokoh dalam sejarah.
2.2.1.3 Sejarah atau Tambo
Sejarah disebut juga Tambo, berasal
dari bahasa Arab, yaitu dari kata sajaratun yang berarti pohon. Sejarah adalah
salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa
sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan
fakta. Tambo atau cerita sejarah, kadang tidak sepenuhnya mengandung
kebenaran, karena dicampurkan dengan hal-hal yang tidak masuk akal atau
dongeng. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja.
Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat
lama.
2.2.1.4
Dongeng
Bentuk sastra lama yang bercerita
tentang suatu kejadian yang luar biasa yang bersifat khayalan dari
pengarangnya. Jadi dongeng bukan merupakan cerita yang benar-benar terjadi.
Fungsi dongeng hanyalah sebagai penghibur hati saja atau pelipur lara. Itulah
sebabnya dongeng disebut juga cerita pelipur lara.
Bentuk-bentuk cerita dongeng:
a.
Mite
(Mitos)
Mite
(Mitos), adalah cerita-cerita yang
berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang gaib, alam
gaib atau yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib, seperti dewa, peri ataupun
Tuhan.
b. Sage
Sage, adalah cerita lama yang di
dalamnya mengandung unsur sejarah atau yang berhubungan dengan sejarah, yang
menceritakan tentang kepahlawanan,keperkasaan, serta kesaktian, keberanian, dan
keajaiban para raja, pangeran atau tokoh-tokoh tertentu
c.
Fabel
Fabel adalah dongeng tentang
binatang yang bisa berbicara dan bertingkah laku seperti manusia, sebagai
lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang).
d.
Legenda
Dongeng atau cerita lama yang
mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah, tentang suatu
kejadian alam, asal-usul suatu benda, atau kejadian di suatu tempat atau
daerah.
e.
Penggeli
Hati (Dongen Jenaka)
Penggeli hati adalah cerita komedi
yang berkembang dalam suatu masyarakat atau cerita tentang tingkah laku orang
bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor.
h.
Cerita Perumpamaan
Dongeng yang mengandung kiasan atau
ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik.
i. Parabel
Parabel, adalah cerita rekaan yang
menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau
perbandingan
j. Cerita Berbingkai
Cerita
berbingkai adalah
cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi, yang dituturkan oleh
pelaku-pelakunya. Cerita dalam cerita itu disebut cerita sisipan. Kadang kala
cerita sisipan itu di dalamnya ada pula cerita. Sehingga cerita berbingkai ini
menjadi cerita yang bersusun. Ceritra berbingkai biasanya bertemakan pendidikan
akhlak, agar manusia tidak berbuat jahat atau lalim terhadap sesamanya.
k.
Cerita
Panji
Disebut juga hikayat yang berasal dari kesusastraan Jawa yang berkisah tentang
4 kerajaan di pulau Jawa yaitu : kerajaan Jenggala, Kediri, kurawan dan
Singosari.
2.2.2 Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa
yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Adapun bentuk
sastra baru sebagai berikut:
2.2.2.1
Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang
mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman,
pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa
atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan
suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak
digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi
kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman
dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
a.
Roman bertendens, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang
mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan.
Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul
Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
b. Roman
sosial,
memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan
mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara
Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
c. Roman
sejarah, yaitu
roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa
sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja
oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul
Muis.
d. Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan
gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya.
Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur
St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
e. Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan
kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen
polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari
Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak
Terlerai oleh Suman HS.
2.2.2.2
Novel
Novel berasal dari Italia yaitu novella
‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan
pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik.
Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku.
lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih
pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus,
Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta
Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
2.2.2.3 Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang
menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling
menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu
tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh
Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah
yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
2.2.2.4 Riwayat (biografi)
Riwayat
(biografi) adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman
hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang
lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof.
Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
2.2.2.5 Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu
hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria
tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
2.2.2.6 Resensi
Resensi adalah pembicaraan atau pertimbangan atau ulasan suatu karya (buku, filem, drama, dll.). Isinya bersifat
memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti
tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan
saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
2.2.2.7 Esai
Esai adalah ulasan atau kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,
renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, filem,
dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau
sangat pribadi.
2.2.3
Drama
Berdasarkan
masanya drama dapat dibedakan atas:
a. Drama Baru
adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikankepadmesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
b.
Drama Lama
adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan
istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan
isi kandungan ceritanya dibedakan
atas :
1. Drama Komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh
keceriaan. Drama komedi dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
a. Komedi Situasi yaitu cerita
lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya.
b. Komedi Slapstic yaitu cerita lucu yang
diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya.
c. Komedi Satire yaitu cerita lucu yang penuh sindiran
tajam.
d. Komedi Farce
yaitu cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan kelucuan dengan dialog dan gerak laku
lucu.
2.
Drama Tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh
kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi adalah drama yang ada sedih dan ada
lucunya.
4. Opera adalah drama yang
mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon atau Dagelan adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah
pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet atau Operette adalah
opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim adalah drama yang
ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie adalah drama yang
mengandung unsur agama atau relijius.
10. Wayang adalah drama yang pemain
dramanya adalah boneka wayang.
2.3
Perbedaan Prosa Fiksi Baru dan Lama
Perbedaan karya sastra lama dan baru dapat
kita lihat dari ciri-ciri yang melekat pada karya sastra itu sendiri. Adapun
ciri-ciri karya sastra lama dalah sebagai berikut:
a. Statis;
b.
Diferensiasi sedikit;
c.
Tradisional;
d.
Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat;
e. Tidak
mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
f.
Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional;
g. Pokok
Cerita (Selalu raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang
bawahannya, dan lain-lain. orang yang selalu malang).
Adapun ciri-ciri prosa baru adalah sebagai berikut:
a.Rakyat sentris (keadaan masyarakat);
b.Dinamis(bisa diubah);
c. Dipengaruhi sastra Inggris dan
Belanda;
d. Adanya pengarang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Prosa
sering diistilahkan dengan fiksi (fiction), teks naratif (narrative
text) atau wacana naratif (narrative
discourse). Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan) dapat
diartikan karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh
terjadi di dunia nyata.
Fiksi adalah suatu karya sastra yang
mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.
Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis yang dikutip oleh jakob sumardjo dam
bukunya yang berjudul” Apresiasi Kesusastraan”(1955), menjelaskan bahwa fiksi dapat
diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk
akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasi hubungan – hubungan antar
manusia
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan karya
sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan
isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum.
3.2 Saran
Sebagai
para calon guru hendaknya kita benar-benar profesional dalam disiplin ilmu yang
kita kuasai sehingga dapt menularkan
pengetahun kepada anak didik dengan baik. Kemampuan dan ketrampilan bahasa yang
kita miliki tidak hanya menuntut untuk
menguasai teori semata tetapi juga menuntut kita mampu untuk mencontohkan dalam
bentuk karya-karya nyata khususnya pada materi yang memerlukan praktik nyata
seperti drama dan pembacaan puisi.
DAFTAR
RUJUKAN
Pradopo, Rachmat
Djoko. 1999. Beberapa Teori
Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Aminuddin. 1987.
Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Shomary, Sudirman. 2005. Sejarah Sastra Indonesia: Sejarah, Apresiasi Sastra dan Sastra
Kontemporer. Pekanbaru:UIR
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1995. Apresiasi Kesusastraan.
Jakarta: Gramedia
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:
Sinar Baru
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Edukasi.kompasiana.com/2011/02/01/perbedaan-prosa-dan-puisi
makalah prosa,fiksi dan drama
AntwoordVee uit