BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam
kegiatan mengekspresikan karya sastra, selain memahami isi dan bentuk, juga
harus sampai pada menanggapi peristiwa dan pelaku secara emotif dan merasakan
serta menemukan keindahan bahasa pengarang. Salah satu cara pengarang
mengekspresikan keindahan karangannya yaitu dengan plastik bahasa. Plastik
bahasa adalah kekuatan kata atau bahasa untuk membentuk gambaran di benak
seseorang yang mendengar atau membaca kata-kata itu (Tjahyono, 1988). Salah
satu yang membentuk pengarang dalam membentuk plastik bahasa yang kuat adalah
gaya bahasa.
1.2 Perumusan masalah
1. Apa
pengertian gaya bahasa ?
2. Apa
jenis-jenis gaya bahasa ?
3. Apa
gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat ?
4. Apa
faktor kebahasan dalam puisi ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Pembaca
dapat mengetahui dan memahami pengertian dari gaya bahasa.
2. Pembaca
dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis gaya bahasa.
3. Pembaca
dapat mengetahui dan memahami gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.
4. Pembaca
dapat mengetahui dan memahami faktor kebahasaan dalam puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan
salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (Moelino,
1989). Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya
dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan
penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami,
memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita harus memahami gaya bahasa
tersebut.
Menurut HB Jassin, gaya
bahasa adalah perihal memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang mau
disampaikan. Sedangkan menurut Nata Wijaya (1986:73), gaya bahasa adalah
pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap
pemerhati (pembaca dan pendengar).
2.2 Jenis-jenis gaya bahasa
Secara
garis besar, gaya bahasa dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
1) Gaya
bahasa perbandingan;
2) Gaya
bahasa penegasan;
3) Gaya
bahasa sindiran;
4) Gaya
bahasa pertentangan.
1. Gaya
bahasa perbandingan
Sesuai dengan namanya
gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang berusaha membuat ungkapan
dengan cara memperbandingkan suatu hal atau keadaan dengan hal atau keadaan
yang lain.
Macam-macam gaya bahasa
perbandingan:
a) Gaya
bahasa personifikasi;
Personifikasi adalah gaya bahasa yang
menganggap benda-benda tak bernyawa mempunyai kegiatan, maksud dan nafsu
seperti yang dimiliki manusia.
Contoh : “anak panah melangkah mencari
mangsa”
b) Gaya
bahasa metafora;
Metafora adalah gaya bahasa yang
memperbandingkan secara langsung sesuatu hal atau keadaan dengan hal atau
keadaan lain yang memiliki sifat, keadaan, atau perbuatan yang sama.
Contoh : “dewi malam mulai memancarkan
sinarnya”
c) Gaya
bahasa asosiasi;
Asosiasi adalah perbandingan terhadap
suatu benda yang sudah disebutkan
sehingga menimbulkan asosiasi atau tanggapan dengan benda yang
diperbandingkan itu, biasanya dinyatakan dengan kata bagai, seperti, laksana,
bak, dan sebagainya.
Contoh : “hidupnya seperti biduk
kehilangan kemudi”
d) Gaya
bahasa metonimia;
Metonimia adalah gaya bahasa yang
menyamakan sepatah kata atau nama yang memiliki hubungan dengan suatu benda
lain yang merupakan merek perusahaan atau perdagangan. Atau menyatakan sesuatu
langsung menyebut namanya.
Contoh : “kami ke rumah nenek naik
kijang”
e) Gaya
bahasa simbolik;
Simbolik adalah gaya bahasa yang
menyamakan sepatah kata dengan kata atau nama benda lain.
Contoh : “orang-orang merebutkan kursi
kepala desa yang kosong (jabatan)”
f) Gaya
bahasa tropen;
Tropen adalah gaya bahasa yang
mempergunakan kata-kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang
dimaksud.
Contoh : “tadi pagi temanku sudah
terbang ke Sumatera”
g) Gaya
bahasa litotes;
Litotes adalah gaya bahasa yang
mempergunakan kata-kata yang berlawanan arti atau mengurangi kenyataan untuk
merendahkan diri sebagai gaya pelembut untuk mempersopan yang kena pada dirinya
sendiri.
Contoh : “singgahlah ke gubuk kami!
(padahal rumahnya seperti istana)”
h) Gaya
bahasa eufemisme;
Eufemisme adalah gaya bahasa yang
mempergunakan kata-kata lain dari pengertian sebenarnya dengan maksud agar
terdengar lebih sopan, agar jangan sampai melukai orang tersebut.
Contoh : “ maaf, saya mau kebelakang.
(wc)”
i)
Gaya bahasa
hiperbola;
Hiperbol adalah gaya bahasa yang
menyatakan sesuatu hal atau keadaan secara berlebihan menggunakan kata-kata
yang mengandung makna lebih hebat dari arti atau rasa yang sebenarnya.
Contoh : “larinya secepat kilat”
j)
Gaya bahasa
sinekdose;
Gaya bahasa ini dibedakan menjadi dua
macam:
∙ Pars
pro toto, yaitu gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan atau sebagian, namun
yang dimaksud untuk keseluruhan.
Contoh : “kalau ke pasar belilah tiga
ekor ayam”
∙ Totem
pro parte, yaitu gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian, namun
yang dimaksud untuk keseluruhan.
Contoh : “desa itu diserang wabah flu
burung”
k) Gaya
bahasa alusio;
Alusio adalah gaya bahasa yang memakai
ungkapan, kiasan atau peribahasa yang sudah lazim dipakai orang.
Contoh : “ hidupnya seperti telur di
ujung tanduk”
l)
Gaya bahasa
antonomasia;
Antonomasia adalah gaya bahasa yang menyebutkan
nama orang dengan sebutan lain sesuai dengan ciri fisik dirinya atau watak
orang tersebut, atau menyatakan sesuatu dengan menggunakan kata majemuk
posesif.
Contoh : “apa si gendut sudah makan?”
m) Gaya
bahasa periphrasis;
Periphrasis adalah gaya bahasa yang
dipakai dalam rangkaian tuturan secara keseluruhan.
Contoh : “si jago merah telah pergi,
tinggal asap menyapu reruntuhan di pasar minggu”
2. Gaya
bahasa penegasan;
Gaya bahasa penegasan adalah gaya bahasa
yang berusaha menekankan pengertian suatu kata atau ungkapan.
Gaya bahasa penegasan ini dibagi menjadi
:
a)Gaya
bahasa pleonasme;
Pleonasme adalah gaya
bahasa yang menjelaskan sebuah kata yang sebenarnya tidak perlu dijelaskan lagi
karena sudah jelas pengertiannya.
Contoh : “mereka mundur
ke belakang”
b)
Gaya bahasa
paralelisme;
Paralelisme adalah gaya
bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perulangan kata atau kelompok kata di
depan atau di belakang.
Contoh : “ ia cantik,
cerdas, penuh pengertian dan memiliki segalanya yang diperlukan oleh seorang
lelaki”
c)Gaya
bahasa repetisi;
Repetisi adalah gaya
bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelompok kata beberapa kali dalam
kalimat yang berbeda.
Contoh : “bukan harta,
bukan pangkat, bukan kecantikan, melainkan budi bahasalah yang menarik
perhatian itu”
d)
Gaya bahasa
tautologi;
Tautology adalah gaya
bahasa yang mengulang sepatah kata atau sekelompok kata beberapa kali dalam
sebuah kalimat.
Contoh : “disuruhnya
aku bersabar, bersabar dan terus bersabar”
e)Gaya
bahasa klimaks;
Klimaks adalah gaya
bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut makin lama makin hebat atau
makin memuncak.
Contoh : “ rakyat di
kampung, di desa, di kota mengibarkan sang saka”
f) Gaya bahasa antiklimaks;
Antikllimaks adalah
gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin
melemah artinya.
Contoh : “jangankan
berdiri, duduk, bergerak pun aku tak bisa”
g)
Gaya bahasa
asindenton;
Asindenton adalah gaya
bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perincian tanpa kata sambung, atau
menyatakan beberapa hal berturut-turut tanpa memakai kata-kata penghubung.
Contoh : “coba ambilkan
bantal, selimut, untuk tamu kita”
h)
Gaya bahasa
polisindenton;
Polisindenton adalah
gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan memakai kata
penghubung atau kata sambung yang sama.
Contoh : “setelah makan
dan berpakaian dan menghisap rokok sebatang barulah ia pergi.
i) Gaya bahasa enumerasi;
Enumerasi adalah gaya
bahasa yang dipakai untuk menyebutkan beberapa peristiwa yang membentuk
kesatuan, dilukiskan bagian demi bagian supaya jelas.
Contoh : “kau tak tau
siapa aku yang sebenarnya. Saya seorang yang hina, yang diusir keluarga, yang
tidak mempunyai alamat pasti”
j) Gaya bahasa interupsi;
Interupsi adalah gaya
bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat sisipan di antara kalimat
pokok, dengan maksud menjelaskan sesuatu dalam kalimat tersebut.
Contoh : “ia -suami
yang dicintainya -gugur dalam pertempuran”
k)
Gaya bahasa
retoris;
Retoris adalah gaya
bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh : “mana mungkin
orang mati hidup kembali”
l) Gaya bahasa koreksio;
Koreksio adalah gaya
bahasa yang berisi pembentukan apa yang diucapkan yang salah sebelumnya, baik
disengaja maupun tidak disengaja.
Contoh : “dia sakit
ingatan, eh maaf, dia sakit demam”
m)
Gaya bahasa
eksklamasio;
Eksklamasio adalah gaya
bahasa yang memakai kata-kata seru tiruan bunyi untuk menegaskan maksud.
Contoh : “aduhai,
indahnya pemandangan ini”
n)
Gaya bahasa
elipsi.
Elipsi adalah gaya
bahasa yang menghilangkan satu unsur atau beberapa kalimat, mungkin subyek,
predikat, atau keterangan. Jadi gaya bahasa inni mempergunakan bentuk kalimat
elips supaya penegasan jatuh pada kata-kata sisa yang disebutkan.
Contoh ; “rasain bekas
tanganku! Mencuri lagi?”
3. Gaya
bahasa sindiran;
Gaya bahasa sindiran adalah gaya bahasa
yang dipakai untuk menyindir orang lain, dari sindiran halus sampai pada
sindiran kasar sebagai ungkapan perasaan tak senang atau marah.
Gaya bahasa sindiran dibedakan menjadi
tiga macam:
a) Gaya
bahasa ironi;
Ironi adalah gaya bahasa yang memakai
kata-kata yang berlawanan dengan maksud sebenarnya.
Contoh : “cepat benar kau pulang, masih
jam dua malam”
b) Gaya
bahasa sinisme;
Sinisme adalah gaya bahasa yang mirip
dengan ironi, tetapi kata-kata yang dipergunakan agak kasar.
Contoh : “mual perutku melihat
tampangmu”
c) Gaya
bahasa sarkasme.
Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran
yang paling kasar.
Contoh : “bangsat, berani benar kau
menantangku!”
4. Gaya
bahasa pertentangan.
Gaya bahasa pertentangan adalah gaya
bahasa yang diungkapkan dengan jalan mempertentangkan suatu hal atau keadaan.
Ragam gaya bahasa pertentangan yaitu:
a)Gaya
bahasa paradoks;
Paradox adalah gaya
bahasa yang terlihat seolah-olah ada pertentangan.
Contoh : “di malam yang
ramai ini, dia merasa kesepian”
b)
Gaya bahasa
kontradiksi in terminis;
Kontradiksi in terminis
adalah gaya bahasa yang berisi ungkapan yang bertentangan dengan apa yang
disebutkan sebelumnya.
Contoh : “tahun ini
semua anak naik kelas, kecuali Badru”
c)Gaya
bahasa antitesis.
Antitesis adalah gaya
bahasa pertentangan yang mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh : “tua-muda, besar-kecil,
lelaki-perempuan, berkumpul di tanah lapang ini”
Gaya bahasa itu
menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. gaya bahasa itu untuk
menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca
(pradopo, 1987). Setiap pengarang biasanya mempunyai gaya bahasa sendiri, hal
ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Pengarang
menggunakan gaya bahasa yang bermacam-macam untuk mengungkapkan pikiran dan
pembacanya.gaya bahasa sebenarnya merupakan bagian dari diksi atau pilihan
kata. Karena yang dibicarakan disini puisi maka diksi atau pilihan kata
tersebut dilihat penggunaannya dalam sebuah puisi. Yang dipersoalkan adalah
tepat tidaknya pemakaian kata, frase, dan kalimat untuk menggambarkan situasi
tertentu dan maksud tertentu.
Untuk memahami dan
menggunakan gaya bahasa yang baik, anda perlu mengetahui unsur-unsur yang perlu
ada di dalamnya. Gaya bahasa yang baik harus mangandung tiga unsur yaitu:
kejujuran,sopan santun, dan menarik (keraf,1987).
1.
Kejujuran
Dalam menggunakan gaya bahasa, anda dituntut untuk berlaku jujur
terhadapnya. Kejujuran dalam bahasa berarti anda harus mengikuti aturan-aturan,
kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Dalam mengungkapkan pikiran, anda
perlu menggunakan kalimat yang panjang dan berbelit-belit yang menyulitkan
pembaca untuk memahaminya, penggunaan kata-kata yang kurang tepat dan tidak
terarah serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit adalah jalan
untuk mengundang ketidak jujuran.
2.
Sopan-santun
Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau
menghormati orang yang diajak berbicara, khususnya pendengar atau pembaca.
3.
Menarik
Dalam
penggunaan gaya bahasa, syarat kejujuran, kejelasan, dan kesingkatan
baru merupakan langkah awal, syarat lainya yang harus dipenuhi adalah
penggunaan gaya bahasa tersebut menarik.
Dilihat dari segi
bahasa, ada beberapa jenis gaya bahasa. Keraf (1987) mengatakan, ada gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata, yaitu gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak
resmi, dan gaya bahasa percakapan. Ada gaya bahasa yang berdasarkan nada, yaitu
gaya sederhana, gaya mulia, dan bertenaga, serta gaya penengah.
2.3 Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur sebuah kalimat
dapat dijadikan sebagai dasar untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat
yang dimaksud adalah di mana letak sebuah unsur kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut. Dari hal tersebut kita mengenal
ada kalimat yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang (keraf,1987).
Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat
tersebut di atas, maka dapat diperoleh gaya bahasa: klimaks, antiklimaks,
paralelisme, antithesis, dan repetisi.
Gaya bahasa berdasarkan
makna diukur dari langsung tidaknya makn aitu apakah acuan yang di
pakai masih mempertahankan makna dasar, makna bahasa masih bersifat polos. Gaya
bahasa di kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu gaya bahasa retoris.
Yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai
efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan.
2.4 Faktor kebahasaan dalam puisi
Bahasa puisi bersifat
khas, berbeda dengan bahasa prosa. Dalam puisi, penyair kadang menggunakan
bahasa yang lain dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Untuk mendapatkan
irama yang liris dan membuat kepadatan, kesegaran serta ekspresitas yang lain,
penyair bisa banyak membuat penyimpangan dari tata bahasa normatif dalam
puisi-puisinya. Berikut ini contoh-contoh faktor kebahasaan dalam puisi:
1.
Penyingkatan atau pemendekan kata;
Dalam puisi modern sering kita jumpai kata-kata
yang dipendekkan.
2.
Penghilangan imbuhan;
Imbuhan yang biasanya dihilangkan oleh penyair untuk mendapatkan
efek puitisnya yaitu awalan,akhiran,ataupun awalan dan akhiran.
3.
Penghapusan tanda baca;
Penyair juga sering menghapuskan tanda baca dalam puisi-puisi yang
ditulisnya.
4.
Pemutusan kata;
Kita sering menjumpai puisi yang di dalamnya terdapat kata-kata
yang diputus. Penyair yang terkenal dengan pemutusan kata-kata dalam puisinya
adalah Sutardji Calzoum Bachri.
5.
Penggabungan atau perangkaian dua kata atau
lebih;
Efek yang ditimbulkan dengan penggabungan kata-kata tersebut
adalah adanya kesan melebihi-lebihkan.
6.
Penyimpanan struktur sintaksis.
Kita juga sering menjumpai penyimpangan-penyimpangan dari struktur
sintaksis yang normatif. Hal ini dilakukan oleh penyair untuk mendapatkan irama
yang liris, kepadatan, dan ekspresivitas.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu unsur
dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulis atau lisan dalam puisi penyair menyampaikan ide,
perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian
rupa sehingga tampak indah, dan penuh makna.
2.
Saran
Makalah ini penulis susun berdasarkan literatur
yang penulis miliki. Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi para penulis
dan pembaca. Sebagai generasi penerus bangsa, terutama jurusan bahasa dan
sastra Indonesia, mulailah dari sekarang untuk mengembangkan karya sastra
dengan belajar berkarya dan terus berkarya.
DAFTAR
PUSTAKA
Pradopo
Rachmat Djoko, dkk. 2001. Buku Materi
Pokok “Puisi”. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
www.
Artikelkita.com
Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat anak saya. hehe
AntwoordVee uitJangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja PT. INKA Multi Solusi
sangat bermanfaat gan...dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengerjakan tugas2...silakan kunjungi balik ya gan
AntwoordVee uitdi sini.. terima kasih
sangat bermanfaat gan...dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengerjakan tugas2...silakan kunjungi balik ya gan
AntwoordVee uitdi sini.. terima kasih
Ntapzx
AntwoordVee uitSangat bermanfaat gan
AntwoordVee uit