BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menulis puisi
adalah merekontruksi citra tersebut ke dalam bentuk rangkaian kata. Pembaca
yang terinveksi, diharapkan mengalami pencitraan yang dialami penyair,
agar membayangkan hal yang sama, merasakan hal yang sama, bahkan tidak menutup
kemungkinan, pembaca mengalami pengalaman yang jauh berbeda. Lebih seru dan
haru. Lebih manis dan dramatis. Psikolog mengidentifikasikan ada tujuh
citra,yaitu mental pemandangan, suara,
rasa, bau, sentuhan, kesadaran tubuh dan ketegangan otot. Semua dapat
dieksplorasi penyair untuk memperkuat makna dan keyakinan akan kebenaran yang
diungkapkan penyairnya. Pembaca yang terinveksi, diharapkan mengalami
pencitraan yang dialami penyair, agar membayangkan hal yang sama,
merasakan hal yang sama, bahkan tidak menutup kemungkinan, pembaca mengalami
pengalaman yang jauh berbeda. Lebih seru dan haru. Lebih manis dan dramatis
Keberhasilan
membangun citra sangat berhubungan erat dengan pengalaman nyata penyairnya,
baik yang terjadi di dalam kehidupannya maupun pergulatan di dalam batin dan
alam pikirannya. Penyair tidak akan berhasil membangun citra sesuatu yang ia
tidak terlibat di dalamnya, apakah itu keterlibatan fisik atau mental. Di sisi
lain, keberhasilan membangun citra akan meninggalkan kesan yang indah atau
mengharukan pada diri pembacanya. Jika puisi tidak meninggalkan kesan apa-apa,
bisa jadi tidak ada citra yang membekas dalam pikiran pembacanya.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah
yang disebut dengan diksi puisi ?
2. Apakah
yang dimaksud dengan kosa kata ?
3. Apakah
yang dimaksud dengan makna denotasi dan konotasi dalam puisi ?
4. Apakah
yang dimaksud dengan keindahan kata ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari diksi puisi;
2. Untuk
mengetahui pengertian kosa kata;
3. Untuk
mengetahui pengertian dari makna denotasi dan makna konotasi pada puisi;
4. Untuk
mengetahui pengertian keindahan kata.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Diksi Puisi
Menurut KBBI diksi adalah pilihan kata yang tepat dan
selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan. Puisi menuntut seorang penyair untuk dapat mengungkapkan gagasan
kreatifnya secara ringkas namun menghasilkan efek tertentu pada pembaca. Efek
yg dimaksud tersebut akan sangat bergantung kepada daya apresiasi pembaca atas
karya puisi. Efek tersebut adalah efek puitik yaitu efek yang bersifat kasat
mata maupun yang tidak kasat mata disisi pembaca sebagai tanggapan atas
pembacaannya pada sebuah karya puisi.
Diksi
adalah pemilihan kata untuk menyampaikan suatu gagasan dan ketepatan
penggunaannya dalam sebuaah puisi. Pemilihan kata yang tepat dapat mewakili dan
menggambarkan hal-hal yang dikehendaki oleh seorang penulis puisi. Pemilihan
kata sangat penting dalam sebuah puisi karena kata yang digunakan harus
memperhatikan rangkaian antara kata yang satu dengan yang lainnya yang dapat
menghasilkan rangkaian bunyi yang merdu,dan makna yang dapat menimbulkan rasa
estesis dan kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam.
Untuk menghasilkan suatu puisi yang indah,maka sangat
diperlukan pilihan-pilihan kata yang tepat. Seorang penyair nasional seperti
Chairil Anwar pun masih meneliti karya-karya puisi yang dihasilkannya tentang
pemilihan kata. Seperti puisi yang telah diterbitkannya dalam Kerikil tajam
(KT) yang berjudul “Semangat” ia ganti
dengan judul “Aku” dalam Deru Campur Debu (DCD). Penggantian kata tersebut
memiliki alasan-alasan sendiri yang kuat.
2.2 Kosa Kata
Fungsi kosa kata sangat besar dan penting sebelum seseorang
mampu menjadi penulis yang sukses karena,unsur utama puisi adalah kata,
maka diksi berkaitan dengan bagaimana memilih kata paling tepat dan paling
sesuai, karena itu penguasaan kosa kata dan maknanya sangat penting dalam
menulis puisi, kekayaan akan perbendaharaan kata dan pemahaman mendalam akan
maknanya membantu kita dalam membuat diksi yang unik dan khas. Menurut Rendra,
penyair harus membedah makna kata hingga tulang-tulangnya. Pisau naluri yang
tajam akan menghasilkan kata-kata dan makna yang tajam pula.
Sapardi Djoko
Damono mengungkapkan bahwa kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi.
Kata-kata yang berserakan di sekeliling kita dengan artinya yang umum harus
menyesuaikan diri dengan pengalaman puitik kita yang khusus. Pengabdian total
terhadap kata-kata yang sudah ada, tanpa usaha menundukkannya hanya akan
menghasilkan puisi-puisi yang mentah dan membosankan.
Seorang
penyair dituntut memiliki perbendaharaan kata yang cukup serta upaya yang tekun
dan tak kenal menyerah untuk mencari kemungkinan-kemungkinan bentukan komposisi
kata yang unik, segar, dan menyarankan kebaruan pada kadar tertentu. Di dalam
puisi setiap kata,frasa,bahkan larik diupayakan untuk hadir dengan alasan yang
lebih kuat daripada sekedar untuk dekorasi semata. Sedapat mungkin kata-kata
yang dipilih itu merangkum sebanyak mungkin tenaga potensial puitik, sehingga
pada saatnya mampu memicu syaraf-syaraf puitik pembaca. Kata-kata yang dipilih
dalam puisi sebaiknya nyaman dan enak didengar dan membekas dalam benak
pembaca. Agus R Sarjono memberikan resep agar puisi tidak mentah dan
membosankan, yaitu dengan menghindari musuh-musuh puisi, seperti:
(1) bahasanya
umum, tidak unik, tidak khas;
(2)
bahasanya gampangan, makna kata dan kalimat tidak digali secara mendalam, tidak
ada penghayatan;
(3)
bahasanya seperti pengumuman atau reklame, tidak ada sentuhan rasa dan
estetika;
(4)
bahasanya klise,ungkapan-ungkapan usang,dan kata-kata yang sudah sering
digunakan;
(5) bahasanya menggurui, seolah segurat ayat
dalam kitab suci.
2.3
Makna Denotasi dan Makna konotasi
Pembagian
kedua jenis makna ini didasarkan ada tidaknya penambahan makna pada makna dasar
suatu kata berdasarkan nilai rasa, pikiran, atau tanggapan kita. Makna denotasi adalah makna
yang tidak mengalami perubahan apapun dari makna asalnya dan bersifat
objektif,lugas,dan apa adanya sehingga menjadikan kata tersebut mudah dipahami
dan tidak menimbulkan banyak tafsir. Makna konotatif
adalah makna yang telah mengalami penambahan
dari makna asalnya berdasarkan nilai rasa seseorang. Ada tidaknya penambahan
makna itu dapat diketahui setelah kata itu digunakan dalam kalimat.
Dalam
puisi,kebanyakan justru banyak menggunakan kata-kata yang memiliki muatan
banyak makna konotatif,sebab kata-kata seperti itu disamping maknanya
menimbulkan banyak tafsir juga menimbulkan nilai rasa estetis.
Perhatikan
contoh penggunaan kata yang terdapat dalam puisi do’a Karya Chairil Anwar:
KATA
|
MAKNA
DENOTASI
|
MAKNA
KONOTASI
|
termangu
|
Terdiam
|
kekosongan
jiwa
|
menyebut
|
Berucap
|
berzikir
|
kerlip
lilin
|
cahaya
lilin
|
kesadaran
yang tinggal sedikit
|
hilang
bentuk
|
musnah,
lenyap
|
hilang
kepercayaan diri, bimbang
|
remuk
|
Hancur
|
frustasi
|
mengetuk
|
memukul
sesuatu dengan buku jari
|
mengharapkan
pertolongan
|
2.4 Keindahan Kata
Sebagai sebuah
karya seni, puisi tentulah sebuah keindahan yang bisa dinikmati. Ia merekam
semangat dari subjek dan membangkitkan emosi. Keindahan yang dapat memukau jiwa
pembacanya.
Keindahan kata
memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan kata yang lain. Dengan
sifat tersebut masing-masing kata
memiliki fungsi dan peran yang khas jika digabungkan atau dirangkai dengan kata
lain. Sifat atau karakter ternyata juga sangat berguna dalam menimbulkan
suasana dan bayangan yang ada dalam puisi. Salah satu karakter kata yang
menonjol ialah keindahan yang melekat dengan sendirinya pada kata tersebut,atau
sifat indah bawaan yang dimiliki kata tersebut.
Nilai keindahan bawaan suatu kata bisa terli hat dalam dua hal,yaitu :
(1). Keindahan bunyinya
;
(2). Keindahan maknanya
.
Kedua nilai tersebut melekat erat pada kata
tersebut secara alami. Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh :
(1). Bentuk bnyi vokal
dan konsonannya
(2). Susunan bunyi
vokal dan konsonannya.
Bunyi
vokal menurut Kridalaksana (1983:177) adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh
getaran pita suara dan tanpa penyempitan dalam saluran suara pada bagian
tenggorokan yang berisi pita suara. Sedangkan bunyi konsonan adalah bunyi
bahasa yang dilakukan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat
pada aliran suara di atas celah diantara kedua selaput suara (
Kridalaksana,1983:91).
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Diksi adalah
pemilihan kata untuk menyampaikan suatu gagasan dan ketepatan penggunaannya
dalam sebuaah puisi. Pemilihan kata yang tepat dapat mewakili dan menggambarkan
hal-hal yang dikehendaki oleh seorang penulis puisi.
·
Penguasaan kosa
kata dan maknanya sangat penting dalam menulis puisi, kekayaan akan
perbendaharaan kata dan pemahaman mendalam akan maknanya membantu kita dalam
membuat diksi yang unik dan khas.
·
Makna denotasi adalah makna yang tidak mengalami
perubahan apapun dari makna asalnya dan bersifat objektif,lugas,dan apa adanya
sehingga menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak
tafsir. Makna konotatif adalah makna yang telah mengalami penambahan
dari makna asalnya berdasarkan nilai rasa seseorang.
·
Keindahan kata
memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan kata yang lain. Dengan
sifat tersebut masing-masing kata
memiliki fungsi dan peran yang khas jika digabungkan atau dirangkai dengan kata
lain.
3.2
Saran
Saran yang dapat
disampaikan adalah bahwa dalam menulis
sebuah puisi harus memperhatikan pilihan kata (diksi),makna kata,pembendaharaan
kata dan juga keindahan kata guna menghasilkan sebuah karya yang indah dan
pembaca dapat menangkap pesan dalam karya tersebut.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking