Sondag 30 Junie 2013

menulis puisi (diksi, kosakata, konotasi dan denotasi, dan keindahan puisi).



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Menulis puisi adalah merekontruksi citra tersebut ke dalam bentuk rangkaian kata. Pembaca yang terinveksi, diharapkan mengalami pencitraan  yang dialami penyair, agar membayangkan hal yang sama, merasakan hal yang sama, bahkan tidak menutup kemungkinan, pembaca mengalami pengalaman yang jauh berbeda. Lebih seru dan haru. Lebih manis dan dramatis. Psikolog mengidentifikasikan ada tujuh citra,yaitu mental  pemandangan, suara, rasa, bau, sentuhan, kesadaran tubuh dan ketegangan otot. Semua dapat dieksplorasi penyair untuk memperkuat makna dan keyakinan akan kebenaran yang diungkapkan penyairnya. Pembaca yang terinveksi, diharapkan mengalami pencitraan  yang dialami penyair, agar membayangkan hal yang sama, merasakan hal yang sama, bahkan tidak menutup kemungkinan, pembaca mengalami pengalaman yang jauh berbeda. Lebih seru dan haru. Lebih manis dan dramatis
Keberhasilan membangun citra sangat berhubungan erat dengan pengalaman nyata penyairnya, baik yang terjadi di dalam kehidupannya maupun pergulatan di dalam batin dan alam pikirannya. Penyair tidak akan berhasil membangun citra sesuatu yang ia tidak terlibat di dalamnya, apakah itu keterlibatan fisik atau mental. Di sisi lain, keberhasilan membangun citra akan meninggalkan kesan yang indah atau mengharukan pada diri pembacanya. Jika puisi tidak meninggalkan kesan apa-apa, bisa jadi tidak ada citra yang membekas dalam pikiran pembacanya.
1.2  Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.   Apakah yang disebut dengan diksi puisi ?
2.   Apakah yang dimaksud dengan kosa kata ?
3.   Apakah yang dimaksud dengan makna denotasi dan konotasi dalam puisi ?
4.   Apakah yang dimaksud dengan keindahan kata ?




1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.   Untuk mengetahui pengertian dari diksi puisi;
2.   Untuk mengetahui pengertian kosa kata;
3.   Untuk mengetahui pengertian dari makna denotasi dan makna konotasi pada puisi;
4.   Untuk mengetahui pengertian keindahan kata.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Diksi Puisi
            Menurut KBBI diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk  mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Puisi menuntut seorang penyair untuk dapat mengungkapkan gagasan kreatifnya secara ringkas namun menghasilkan efek tertentu pada pembaca. Efek yg dimaksud tersebut akan sangat bergantung kepada daya apresiasi pembaca atas karya puisi. Efek tersebut adalah efek puitik yaitu efek yang bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat mata disisi pembaca sebagai tanggapan atas pembacaannya pada sebuah karya puisi.
Diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan suatu gagasan dan ketepatan penggunaannya dalam sebuaah puisi. Pemilihan kata yang tepat dapat mewakili dan menggambarkan hal-hal yang dikehendaki oleh seorang penulis puisi. Pemilihan kata sangat penting dalam sebuah puisi karena kata yang digunakan harus memperhatikan rangkaian antara kata yang satu dengan yang lainnya yang dapat menghasilkan rangkaian bunyi yang merdu,dan makna yang dapat menimbulkan rasa estesis dan kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam.
            Untuk menghasilkan suatu puisi yang indah,maka sangat diperlukan pilihan-pilihan kata yang tepat. Seorang penyair nasional seperti Chairil Anwar pun masih meneliti karya-karya puisi yang dihasilkannya tentang pemilihan kata. Seperti puisi yang telah diterbitkannya dalam Kerikil tajam (KT) yang berjudul “Semangat” ia  ganti dengan judul “Aku” dalam Deru Campur Debu (DCD). Penggantian kata tersebut memiliki alasan-alasan sendiri yang kuat. 

2.2  Kosa Kata
            Fungsi kosa kata sangat besar dan penting sebelum seseorang mampu menjadi penulis yang sukses karena,unsur utama puisi adalah kata, maka diksi berkaitan dengan bagaimana memilih kata paling tepat dan paling sesuai, karena itu penguasaan kosa kata dan maknanya sangat penting dalam menulis puisi, kekayaan akan perbendaharaan kata dan pemahaman mendalam akan maknanya membantu kita dalam membuat diksi yang unik dan khas. Menurut Rendra, penyair harus membedah makna kata hingga tulang-tulangnya. Pisau naluri yang tajam akan menghasilkan kata-kata dan makna yang tajam pula.
Sapardi Djoko Damono mengungkapkan bahwa kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi. Kata-kata yang berserakan di sekeliling kita dengan artinya yang umum harus menyesuaikan diri dengan pengalaman puitik kita yang khusus. Pengabdian total terhadap kata-kata yang sudah ada, tanpa usaha menundukkannya hanya akan menghasilkan puisi-puisi yang mentah dan membosankan.
Seorang penyair dituntut memiliki perbendaharaan kata yang cukup serta upaya yang tekun dan tak kenal menyerah untuk mencari kemungkinan-kemungkinan bentukan komposisi kata yang unik, segar, dan menyarankan kebaruan pada kadar tertentu. Di dalam puisi setiap kata,frasa,bahkan larik diupayakan untuk hadir dengan alasan yang lebih kuat daripada sekedar untuk dekorasi semata. Sedapat mungkin kata-kata yang dipilih itu merangkum sebanyak mungkin tenaga potensial puitik, sehingga pada saatnya mampu memicu syaraf-syaraf puitik pembaca. Kata-kata yang dipilih dalam puisi sebaiknya nyaman dan enak didengar dan membekas dalam benak pembaca. Agus R Sarjono memberikan resep agar puisi tidak mentah dan membosankan, yaitu dengan menghindari musuh-musuh puisi, seperti:
(1) bahasanya umum, tidak unik, tidak khas;         
(2) bahasanya gampangan, makna kata dan kalimat tidak digali secara mendalam, tidak ada penghayatan;
(3) bahasanya seperti pengumuman atau reklame, tidak ada sentuhan rasa dan estetika;
(4) bahasanya klise,ungkapan-ungkapan usang,dan kata-kata yang sudah sering digunakan;
 (5) bahasanya menggurui, seolah segurat ayat dalam kitab suci.

2.3 Makna Denotasi dan Makna konotasi
            Pembagian kedua jenis makna ini didasarkan ada tidaknya penambahan makna pada makna dasar suatu kata berdasarkan nilai rasa, pikiran, atau tanggapan kita. Makna denotasi adalah makna yang tidak mengalami perubahan apapun dari makna asalnya dan bersifat objektif,lugas,dan apa adanya sehingga menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir. Makna konotatif  adalah makna yang telah mengalami penambahan dari makna asalnya berdasarkan nilai rasa seseorang. Ada tidaknya penambahan makna itu dapat diketahui setelah kata itu digunakan dalam kalimat.
            Dalam puisi,kebanyakan justru banyak menggunakan kata-kata yang memiliki muatan banyak makna konotatif,sebab kata-kata seperti itu disamping maknanya menimbulkan banyak tafsir juga menimbulkan nilai rasa estetis.
Perhatikan contoh penggunaan kata yang terdapat dalam puisi do’a Karya Chairil Anwar:

KATA
MAKNA DENOTASI
MAKNA KONOTASI
termangu
Terdiam
kekosongan jiwa
menyebut
Berucap
berzikir
kerlip lilin
cahaya lilin
kesadaran yang tinggal sedikit
hilang bentuk
musnah, lenyap
hilang kepercayaan diri, bimbang
remuk
Hancur
frustasi
mengetuk
memukul sesuatu dengan buku jari
mengharapkan pertolongan


2.4  Keindahan Kata
            Sebagai sebuah karya seni, puisi tentulah sebuah keindahan yang bisa dinikmati. Ia merekam semangat dari subjek dan membangkitkan emosi. Keindahan yang dapat memukau jiwa pembacanya.
            Keindahan kata memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan kata yang lain. Dengan sifat tersebut  masing-masing kata memiliki fungsi dan peran yang khas jika digabungkan atau dirangkai dengan kata lain. Sifat atau karakter ternyata juga sangat berguna dalam menimbulkan suasana dan bayangan yang ada dalam puisi. Salah satu karakter kata yang menonjol ialah keindahan yang melekat dengan sendirinya pada kata tersebut,atau sifat indah bawaan yang dimiliki kata tersebut.
            Nilai keindahan bawaan suatu kata bisa  terli hat dalam dua hal,yaitu :
(1). Keindahan bunyinya ;
(2). Keindahan maknanya .
Kedua  nilai tersebut melekat erat pada kata tersebut secara alami. Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh :
(1). Bentuk bnyi vokal dan konsonannya 
(2). Susunan bunyi vokal dan konsonannya.
Bunyi vokal menurut Kridalaksana (1983:177) adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh getaran pita suara dan tanpa penyempitan dalam saluran suara pada bagian tenggorokan yang berisi pita suara. Sedangkan bunyi konsonan adalah bunyi bahasa yang dilakukan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat pada aliran suara di atas celah diantara kedua selaput suara ( Kridalaksana,1983:91).


           



















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·         Diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan suatu gagasan dan ketepatan penggunaannya dalam sebuaah puisi. Pemilihan kata yang tepat dapat mewakili dan menggambarkan hal-hal yang dikehendaki oleh seorang penulis puisi.
·         Penguasaan kosa kata dan maknanya sangat penting dalam menulis puisi, kekayaan akan perbendaharaan kata dan pemahaman mendalam akan maknanya membantu kita dalam membuat diksi yang unik dan khas.
·         Makna denotasi adalah makna yang tidak mengalami perubahan apapun dari makna asalnya dan bersifat objektif,lugas,dan apa adanya sehingga menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir. Makna konotatif  adalah makna yang telah mengalami penambahan dari makna asalnya berdasarkan nilai rasa seseorang.
·         Keindahan kata memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan kata yang lain. Dengan sifat tersebut  masing-masing kata memiliki fungsi dan peran yang khas jika digabungkan atau dirangkai dengan kata lain.

3.2 Saran
            Saran yang dapat disampaikan adalah  bahwa dalam menulis sebuah puisi harus memperhatikan pilihan kata (diksi),makna kata,pembendaharaan kata dan juga keindahan kata guna menghasilkan sebuah karya yang indah dan pembaca dapat menangkap pesan dalam karya tersebut.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking