Sondag 30 Junie 2013

sekilas tentang melayu muda dan melayu tua



1.            Sekilas tentang Melayu Muda dan Melayu Tua
Suku Bangsa Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu
1. Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
2. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
      Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM. Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut:
1. Jalur Utara dan Timur
2. Jalur Barat dan Selatan
     1. Jalur Utara dan Timur melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong.  Persebaran periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum.
2. Jalur Barat dan Selatan  melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi. Persebaran periode Deutro Melayu ini membawa kebudayaan logam. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia Penyebaran manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap. Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di indonesia berlangsung tiga tahap yaitu zaman mesolithikum, zaman neolithikum, dan zaman perundagian.Zaman Mesolithikum terjadi gelombang masuk manusia purba melonosoid dan daerah teluk tonkin, vietnam, melalui jalur fhilipina, malaysia dan indonesia. Sisa keturunan bangsa melonosoid yang masih ditemukan, antara lain orang sakai di siak, orang aeta di filipina, orang semang di malaysia, dan orang papua melonosoid di Indonesia Zaman Neolithikum (200 SM Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu tua (proto melayu) dari daerah Yunan, China, melalui jalur semenanjung malaya, indonesia, filipina, dan formosa. Kebudayaan Neolithikum, khususnya jenis kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong. Zaman Perundagian terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu muda ( deutero melayu ) dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di sebelah selatan vietnam, termasuk indonesia. Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara , moko, bejana perunggu, dan arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don son karena berasal dari donson (teluk Tonkin)(www.google.com).
Melayu pra-tradisional dipersepsikan dan di alamatkan kepada komunitas masyarakat asli (indegeneous people) yang menjadi kaum perdana Melayu. Mereka selalu disebut sebagai” masyarakat pedalaman”. Atau malah disebut sebagai” masyarakat asing. di Riau hari ini terdapat komunitas orang asli saat ini yakni: Orang Sakai, Bonai, Talang Mamak, Petalangan, Hutan, Akit, Retas dan Orang Laut. Mereka secara antropologi dimasukkan dalam golongan proto-Melayu. Sebaran pemukiman mereka sebagian besar berada di pinggir-pinggir anak sungai hutan-hutan lebat dan di tepi pesisir pantai berlatar belakang hutan pulau dan pantai. Dilihat dari pencapaian kebudayaan, mereka dikategorikan sebagai kaum “ more traditional”. Sebagian besar bentukan kerukunan, keluarga batih merujuk pada model keluarga besar perbatinan”(Yusmar Yusuf dan Erlina, 2009:35).
2.         Perbedaan Melayu Tua dan Melayu Tua
Bangsa Melayu Tua ini memiliki kebudayaan batu sebab alat-alatnya terbuat dari batu yang sudah maju, yakni sudah dihaluskan, berbeda dengan manusia purba yang alatnya masih kasar dan sederhana. Hasil budaya mereka dikenal dengan kapak persegi yang banyak ditemukan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Adapun kapak lonjong banyak digunakan mereka yang melalui jalan utara, yakni Sulawesi dan Irian. Menurut penelitian Von Heekern, di Kalumpang, Sulawesi Utara telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa orang Austronesia yang datang dari arah utara Indonesia melalui Formosa (Taiwan), Filipina, dan Sulawesi.
Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan dengan Proto Melayu. Mereka sudah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalitikum, yaitu kebudayaan yang menghasilkan bangunan yang terbuat dari batu besar. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum, misalnya, menhir (tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus (keranda mayat), kubur batu, dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan Melayu Muda (Deutero Melayu) adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis



pemaknaan puisi



BAB II
PEMAKNAAN PUISI
A.    Hakikat makna puisi
Pemaknaan puisi berarti pemberian makna terhadap puisi atau memahami puisi, yaitu mencoba menemukan makna yang terkandung dalam puisi yang berupa tema, ide, amanat, ataupun pengalaman penyair yang disampaikan melalui unsur-unsur puisi seperti diksi, bahasa kias, bunyi dan irama, citraan, gaya bahasa maupun sarana retorika. pengalaman penyair yang diungkapkan dalam puisi dapat berupa pengalaman imajinatif, pengalaman emosional, dan pengalaman intelektual (Sayuti, 1985).
Makna puisi berkaitan erat dengan unsur-unsur pembangun struktur puisi karena melalui unsur-unsur tersebutlah makna puisi dapat disampaikan. Dalam hal ini, makna dapat dipandang sebagai isi puisi, sedangkan unsur-unsur pembangun struktur puisi disebut sebagai bentuk puisi. Oleh karena itu, untuk dapat memahami makna puisi sebaiknya kita terlebih dahulu memahami unsur-unsur pembangun struktur puisi.
Di samping itu, karena sebuah puisi ditulis penyair berdasarkan kenyataan masyarakat, maka kehadiran puisi tidak dapat dilepaskan dari situasi sosial budaya yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, makna puisi pun tidak dapat dilepaskan dari latar belakang tersebut. Situasi sosial budaya yang melatarbelakangi lahirnya sebuah puisi pun harus dipahami untuk dapat memaknai puisi.
Puisi juga terikat oleh konvensi( aturan ) yang melekat pada puisi, yaitu bahwa (1) puisi mengekspresikan sesuatu secara tidak lansung ( Riffaterre, 1978; Pradopo,1994 ), ( 2) puisi adalah struktur yang kompleks yang mempergunakan banyak sarana ke puisitisan secara bersama-sama untuk mendapatkan jaringan efek sebanyak-banyaknya ( Altenbernd & Lewis, 1970) sehingga agar sebuah puisi bisa dipahami harus dilakukan analisis struktur. Oleh karena itu, sebelum memahami puisi  hendaknya harus memahami konveksi yang dimiliki oleh puisi tersebut.
Riffaterre mengemukakan ( 1978 ) puisi merupakan ekspresi tidak lansung. Ketidaklangsungan ekpresi tersebut disebabkan oleh tiga hal, yaitu (1) penggantian arti (displacing of meaning), (2) penyimpangan arti ( distorting of meaning ), (3) penciptaan arti ( creating of meaning ).
Penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora atau metonimi (Riffaterre, 1978).  Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal yaitu (1) ambiguitas atau ketaksanaan, (2) kontradiksi, (3) nonsense (Riffaterre, 1978). 
Ambiguitas dimaksudkan sebagai makna ganda. Ambiguitas dapat berupa kata, frase, klausa, atau kalimat yang memiliki makna lebih dari satu (Pradopo, 1994). Kontradiksi berarti kebalikan. Sebuah puisi seringkali menyatakan sesuatu secara kebalikan sehingga membuat pembaca berfikir. Untuk menyatakan sesuatu secara kebalikan ini digunakan gaya ucap paradoks dan ironi. Nonsense adalah kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi mempunyai makna. Kata-kata tersebut merupakan ciptaan penyair (Pradopo, 1994). Makna nonsense biasanya berhubungan dengan suasana tertentu dalam puisi.

B.     Metode pemaknaan puisi
Ada berbagai macam metode yang dapat membantu kita untuk memaknai puisi antara lain:
1.      Metode parafrastis
Kata parafrastis berasal dari bahasa inggris yaitu parapharase, yang berarti ‘uraian dengan kata-kata sendiri’. Metode parafrastis merupakan strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu puisi dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya (Aminuddin, 1987). Kalimat berbeda itu merupakan kalimat ciptaan kita sendiri.
Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk menyederhanakan kata-kata puisi yang padat dan sublimatif  kedalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafrastis pada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahwa (1) gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda, (2) simbol-simbol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung ketaksaan makna, (3) kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra yang mengalami pelesapan dapat dikembalikan  lagi kepada bentuk dasarnya, (4) pengubahan suatu cipta sastra baik dalam hal kata maupun kalimat yang semula simbolik dan eliptis menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi konotatif akan mempermudah upaya seseorang untuk memahami kandungan makna dalam suatu bacaan, dan (5) pengungkapan kembali suatu gagasan yang sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh pembaca itu sendiri (Aminuddin, 1987).

2.      Metode struktural semiotik
Metode struktural semiotik adalah metode yang dikembangkan dari teori struktural dan teori semiotik. Teori struktural melihat karya sastra sebagai struktur yang otonom, lepas dari latar belakang sejarah dan sosial budayanya. Stuktur karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang kemudian yang menjadikannya suatu totalitas (wholeness).
Pendekatan semiotik dalam ilmu sastra sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari konsep semiotik yang sudah sejak akhir abad ke-19 diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce, juga oleh Ferdinand de Saussure. Semiotik dipergunakan untuk menamai ilmu yang mempelajari tanda-tanda (Preminger, 1974). Ilmu semiotik (atau semiology, menurut istilah Ferdinand de Saussure) mempelajari sistem aturan (hukum) dan konvensi-konvensi yang memungkinkan timbulnya makna, membuat eksplisit konvensi-konvensi yang membangun karya sastra dan asumsi-asumsi implisit yang menentukan timbulnya makna dalam puisi (karya sastra).
Salah satu metode struktural semiotik yang dapat membantu untuk memaknai puisi adalah yang dikembangkan oleh Michael Riffaterre (1978). Menurutnya, makna karya sastra ditemukan dari meaning (arti) unsur-unsurnya yaitu kata-kata menurut kemampuan bahasanya berdasarkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tentang gejala diluar sastra (mimeticfunction) dan arti tersebut harus ditingkatkan ke tataran semiotik.


3.      Metode sosiologis
Berkaitan dengan sosial sastra ada tiga hal yang perlu  di  perhatikan sebagai berikut. (a) pandangan yang melihat bahwa sastra adalah membawa ajaran moralitas tertentu sebagaimana diajarkan oleh para nabi. Dalam pengertian demikian, sastra berfungsi sebagai perombak dan pembaharu, (b) pandangan yang melihat bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka, (c) pandangan yang menggabungkan (a) dan (b), yaitu bahwa sastra itu mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur, atau dalam istilah horatius, dulce et utile.
Pendekatan sosiologis seperti yang diuraikan dapat diterapkan pada karya-karya sastra prosa seperti novel, drama, cerpen, dan puisi. Tidak setiap puisi bisa didekati dengan pendekatan sosiologis. Lain halnya dengan prosa, hampir setiap prosa bisa didekati dengan metode sosiologis. Hal itu mengingat isi prosa cenderung bersifat dialogis yang didalamnya telah terjadi suatu proses soial antar tokoh. belum lagi apabila 



BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Pemaknaan puisi berarti pemberian makna terhadap puisi atau memahami puisi yaitu mencoba menemukan makna yang terkandung dalam puisi yang berupa tema, ide, amanat, ataupun pengalaman penyair yang disampaikan melalui unsur-unsur puisi. Puisi juga terikat oleh konvensi (aturan) yang melekat pada puisi.
Ada beberapa macam metode yang dapat membantu kita dalam memaknai puisi antara lain:
1.      Metode parafrastis
2.      Metode struktural semiotik
3.      Metode sosiologis


















nilai budaya dan falsafah dalam puisi



BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pada pokoknya semua mempelajari maslah manusia dan budaya. Karena itu ada yang menerjemahkan The humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya. Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif , nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
Hampir disetiap zaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua penyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat , manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa.
Dalam usahanya mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu social, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abtraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan,, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap hal yang lepas dari pengamatan orang lain.


RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
            1. Apa nilai budaya dan falsafah dalam puisi ?
            2. Apa peranan nilai falsafah dan ideologi  ?
3. Apa saja peranan nilai religius dan kemasyarakatan ?






TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
            1. Memahami apa nilai budaya dan falsafah dalam puisi.
            2. Mengetahui peranan nilai falsafah dan ideologi.
3. Mengetahui peranan nilai religius dan kemasyarakatan.




BAB II
PEMBAHASAN

NILAI BUDAYA DAN FALSAFAH DALAM PUISI
a.    Peranan Nilai

Istilah Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris The Humanities. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan halus (fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan seseorang ‘akan bisa mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus’.
Secara demikian bisa dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak meninggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri. Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pe­ngetahuan yang mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa dan lain-lain.
Ilmu budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadiaan mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya satra, misalnya : mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik satra, dan sebagainya. Dalam ilmu budaya dasar sastra tidak diajarkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra di sini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa, dan sebagainya.
Orientasi the humanities adalah ilmu yang mempelajari satu atau sebagian dari disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik. Ilmu budaya dasar secara sederhana adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Suatu karya dapat saja mengungkapkan lebih dari satu masalah, sehingga ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuaan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuaan budaya.
Pengetahuaan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai makhluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep. Ilmu budaya dasar merupakan pengetahuan tentang prilaku dasar-dasar dari manusia. Unsur-unsur kebudayaan :
1.      Sistem religi atau kepercayaan
2.      Sistem organisasi kemasyarakatan
3.      Ilmu pengetahuan
4.      Bahasa dan kesenian
5.      Mata pencaharian hidup
6.      Peralatan dan teknologi
Karya sastra adalah penjabaran abstraksi, namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan dan lainnya yang digarab oleh filsafat. Pada hakikatnya manusia dan budaya tidak akan pernah lepas. Dimana ada manusia pasti akan terbentuk sebuah kebudayaan, dimana para manusia membuat suatu karya seni, bahasa, agama dan lain-lain. Dan kebudayaan tersebut akan berubah seiring dengan bertambahnya waktu. Dan secara sederhana, manusia adalah pelaku budaya, sedangkan budaya adalah objek yang dilakukan oleh manusia. Adapun nilai yang bias diperoleh dari sastra adalah :
1.      Kesenangan
2.      Informasi
3.      Memberi warisan kultural
4.      Memberi keseimbangan wawasan
Seni atau sastra adalah suatu kebudayaan yang dibuat manusia. Seni adalah sebuah karya yang dibuat manusia, sedangkan sastra adalah suatu bahasa yang dibuat manusia. Namun peran sastra lebih dominan, karena sastra mencakup bahasa untuk melakukan komunikasi antar manusia itu sendiri, yang melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sumber belajar dalam budaya dasar.
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui bahasa yang artistik atau estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya. Kepuitisan, keartistikan puisi dapat dibangun dengan menggunakan :
1.         Figura bahasa seperti personifikasi, metafora, perbandingan dan lain-lain,
2.         Kata-kata ambigu,
3.         Kata-kata yang berjiwa yang berisi perasaan dan pengalaman penyair,
4.         Kaka-kata konotatif yang diberi tambahan nilai rasa dan asosiasi tertentu,
5.         Pengulangan yang berfungsi untuk mengintensifkan hal yang dilukiskan.


Peranan Nilai Falsafah Dan Ideologi

Puisi merujuk kepada hasil kesusasteraan yang ditulis dengan "tidak menuruti tata bahasa". Ia sebenarnya tidak terdiri daripada ayat-ayat yang lengkap, melainkan terdiri daripada frasa-frasa yang disusun dalam bentuk baris-barisan. Pada lazimnya, puisi merupakan bahasa yang berirama dan apabila dibaca pembaca akan berasa rentaknya. Contoh bagi kesuasteraan puisi termasuklah: Sajak, Syair, Pantun, Gurindam, Lirik, Seloka, Mantera dan sebagainya. Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusteraan merupakan perpaduan unsure seni kebudayaan dengan kehidupan manusia, dimana dalam proses kehidupannya..manusia sering kali melakukan sesuatu
Dalam kesustraan dapat diperoleh berbagai gubahan yang mengungkapkan tentang nilai budaya yang menjadi komponen penting dalam pengajaran Ilmu  Budaya Dasar. Salah satu bentuk sastra itu adalah Puisi, dalam arti bahwa pembahasan puisi dalam rangka pengajaran IAD tidak akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengasjaran sastra dan apresiasinya yang murni.puisi itu akan dipakai sebagai media dan sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema pokok bahasa yang terdapat pada IAD.
Kesenian merupakan kelanjutan dari kebudayaan. Pada umumnya, kesenian dapat dinikmati oleh manusia melalui dua macamindranya,yaitu indera mata dan indera telinga,atau keduanya secara serentak.Keindahan dalam hubungannya dengan kedua macam indera itu,dibedakan atas tiga macam yaitu : Seni Rupa, Seni suara, dan Seni pertunjukan.
Karya seni kita katakan memberikan keindahan kepada manusia dan meyugukan ide-ide baru yang harus dimengerti dan mungkin direnungkan atupun ada yang harus di bahas kehebatan isinya. Kesenian dapat memberikan suguhan bagi kehidupan kejiwaan orang karena yang menjadi sasaran atau objeknya kehidupan alam luas dan kehidupan manusia, individual, maupun kelompok, serta nilai-nilai dan sebagainya. Fungsi seni atau kesenian artinya hasil pengamatan orang terhadap apa yang dapat diberikan oleh karya-karya kesenian bagi kehidupan manusia;
1.      Memberikan rasa keindahan
2.      Memberikan tunjangan dan bantuan untuk memberi warna indah dari karya-karya yang non seni.

Peranan Nilai Religius Dan Kemasyarakatan
                                                   
a.    Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Puisi biasanya merupakan suatu bentuk ekspresi diri dari pengalaman hidup seseorang atau memiliki kekuatan tersendiri untuk memperluas pengalaman hidup. Puisi juga mampu menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair ke dalam puisinya, dimana manusia ingin menunjukkan keeksissannya dalam kehidupan, dimana imaginative entry yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup dengan puisi yang dihasilkan.
b.    Puisi dan keinsyafan atau kesadaran individual
Puisi yang mengajak manusia untuk menjenguk hati, fikiran manusia, karena puisi biasanya mampu menyentuh sisi-sisi yang mengenai perihal:
1.      Topeng yang dipakai manusia dalam dunia nyata
2.      Berbagai peran yang diperankan orang dalam menampilkan dirinya didunia atau lingkungan masyarakat dengan adanya karya sastra puisi, kita diharapkan dapat merenungkan kejadian yang telah kita alami sebelumnya.

c.       Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan pengetahuaan kepada manusia sebagai makhluk sosial yang terlibat dalam permasalahan sosial. Secara imajinatif puisi lewat penafsiran tentang situasi dasar kondisi manusia sosial. Puisi juga menjadikan manusia sadar akan pengetahuaan, lingkungan sekitarnya, dimana manusia terlibat dalam masalah-masalah sosial.

d.      Puisi dan nilai-nilai
Dalam bahasa puisi banyak sajian nilai-nilai yang bermanfaat bagi lingkungan hidupnya. Kita akan mendapatkan manusia yang telah siap terhadap moral dan etika yang telah menjadi pilihannya




BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pe­ngetahuan yang mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana dikemukakan di atas, adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Masalah-masalah ini dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan menggunakan masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari ber­bagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

SARAN

Manusia dengan kesadarannya bisa meraih mimpi, dengan segala angan-angannya, dengan kesadarn itu manusia berfikir, intinya punya nalar dengan logikanya, yaitu berfikir benar, dengan hasil pemikiran itu menghasilkan output yang di kelola di hati, dengan hasil dari pengelolaan itu, manusia bertindak dari apa yang sudah menjadi planning dalam hidupnya, nilai yang terkandung dalam kehidupan manusia adalah kesenian, keindahan karena itulah yang bisa membuat manusia hidup tentram di dunia ini, maka dari itu ikutilah kata hati nurani untuk lebih mencintai keindahan intinya mencintai kenenagan dan kesenangan hidup. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang mendukung agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik.

                                         


DAFTAR PUSTAKA

Widyosiswoyo, Supartono,. Ilmu Budaya Dasar, Halia Indonesia 1996.

Prsetva, joko, dkk, Ilmu Budaya Dasar MKDU,  Jakarta: Rineka Citra, 1991

Mustopo, Habib,  essai,. Ilmu Budaya Dasar Manusia Dan Budaya Kumpulan; Surabaya: usaha nasional, 1983

Hartoko, Dick, sj, dkk,. Ilmu Budaya Dasar, Buk panduan mahasiswa,  Jakarta: Prenhalindo, 2001

Taufi Ismail, Mouljanto, PKI dkk,. Prahara Budaya I, Kilas Efensif Lekra, Bandung:  Mizan, 1995

http://understandingknowledge.blogspot.com/2011/02/ilmu-budaya-dasar-dala