BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Sebagai
bangsa Indonesia kita pantas berbangga diri karena memiliki suatu bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa ini mempersatukan segenap suku bangsa
yang ada di Indonesia. Berbicara mengenai bahasa Indonesia kita tidak lepas
dari masalah bahasa daerah. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia sangat erat hubungannya dengan bahasa daerah.
Kita tahu bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tetapi dalam masa
pertumbuhan dan perkembangannya bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia.
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa.
Manusia menjadi akrab dengan bahasa, karena berbahasa manusia dapat mengungkapkan
suatu gagasan, keinginan sehingga adanya komunikasi timbal balik antara
pembicara dengan lawan bicara.
Badudu (1988:7) “mengatakan, Bahasa daerah yang masih
dipakai sebagai alat penghubung yang hidup dan dibina oleh masyarakat
pemakainya dan dipelihara oleh negara, karena ia merupakan bagian dari
kebudayaan bangsa yang hidup, politik bahasa nasional, harus memperhitungkan
kelangsungan hidup bahasa daerah, karena kekayaan kebudayaan kita dan bahasa
daerah selalu dapat kita manfaatkan bagi perkembangan bahasa Indonesia. Dalam
penentuan kebijaksaan ketentuan bahasa nasional, bahasa daeran tertentu perlu
dikembangkan dan dibakukan. Jika dikehendaki oleh penuturnya bahasa daerah yang
besar jumlah penuturnya dapat diajarkan di sekolah sebagaimana pelajaran
walaupun tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Harus juga diketahui
berapa jauh bahasa yang daerah yang ada, berapa jumlah penduduk bahasa daerah
yang ada, bahasa daerah yang mana yang haru diteliti dan didokumentasikan,
disusun kaidahnya, kamusnya, agar bahasa daerah tersebut dapat dipelihara.
Proritas bahasa daerah perlu bagi bahasa itu sendiri, bagi keperluan studi
perbandingan dan bagi perkembangan bahasa nasional.”
Bahasa adalah sistem lambang bunyi
arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Negara Indonesia memiliki beragam
suku, budaya dan bahasa, yang salah satunya adalah bahasa Jawa.
Salah satu bahasa daerah yang
populer di Indonesia adalah bahasa Jawa, karena orang yang berasal dari pulau
Jawa mayoritas banyak yang bertransmigrasi atau pun merantau ke daerah-daerah
lain yang ada di Indonesia, salah satunya adalah di Riau ini, yaitu sekitar 30%
masyarakatnya adalah berasal dari Jawa. Bahasa Jawa juga sangat berpengaruh
besar terhadap masyarakat Jawa khususnya dalam menggunakan dan mengucapkan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sangat banyak sekali pengucapan
kata-kata yang tidak sesuai dengan aturan-aturan bahasa Indonesia yang
diucapkan oleh masyarakat yang berasal dari Jawa. Baik dalam pengucapan
diftong, fonem dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Indonesia.
1.1.1.2 Dasar pemikiran
Bahasa Jawa dipakai oleh sebagian
besar penududuk Indonesia. Penutur asli bahasa jawa tidak saja menghuni
sebagian besar pulau Jawa, tetapi juga tersebar diseluruh Indonesia. Penyebaran
ini diduga telah berjalan cukup lama dengan adanya program nasional
transmigrasi secara dominan makin ditingkatkan.
Bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia barangkali merupakan
bahasa daerah yang terpenting. Penuturnya hampir 50% dari jumlah penduduk
Indonesia. Bahasa Jawa sebagai bahasa yang masih hidup tidak akan terlepas dari
adanya kontak dengan bahasa lain, khususnya bahasa Indonesia. Adanya pengaruh
bahasa lain dalam bahasa Jawa menunjukkan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang
masih mempengaruhi bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang kosakata.
1.1.1.3
Alasan memilih judul
Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman sehari-hari, bahwa dalam menggunakan bahasa Indonesia, sebagian
besar penutur asli bahasa Jawa di sana-sini menyelipkan kata atau wujud lain
bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Kenyataannya, penyebaran penutur asli
bahasa Jawa dan pergaulan pengaruh timabal balik juga terjadi antara bahasa
Jawa dan bahasa-bahasa lain di Indonesia. Di samping itu perkembangan ilmu
bahasa (linguistik) Indonesia dan pemahaman arah perkembangan bahasa Jawa
mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia.
1.1.1.4
Manfaat teoretis dan manfaat praktis
Manfaat teoritis adalah bahasa Jawa
harus tetap dipertahankan dan dipelihara, karena bahasa Jawa adalah termasuk
budaya Indonesia yang harus tetap dibina dan dilestarikan. Sedangkan manfaat
praktisnya adalah bahasa Jawa juga mampu mendukung perkembangan bahasa Indonesia,
yaitu dalam bentuk penyerapan kosakata dari bahasa Jawa tersebut.
1.1.2
Rumusan Masalah
1.1.2.1
Apakah pengertian bahasa?
1.1.2.2 Apakah yang dimaksud hakikat bahasa?
1.1.2.3 Apa pengaruh bahasa Jawa terhadap
bahasa Indonesia?
1.1.2.4
Apakah fakta bahwa bahasa Jawa
berpengaruh terhadap bahasa Indonesia?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian
bahasa
1.2.2 Untuk mengetahui hakikat
bahasa
1.2.3 Untuk mengetahui pengaruh
bahasa Jawa terhadap bahasa Indonesia
1.2.4 Untuk mengetahui fakta bahwa
bahasa Jawa berpengaruh terhadap bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Bahasa
Menurut
KBBI (2002: 88) “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri.” Indonesia memiliki keragaman bahasa dan dialek yang
luar biasa. Ada lebih dari ratusan bahasa dan dialek yang tersebar di seluruh
pulau nusantara. Bahkan di dalam satu pulau pun, bisa terdapat puluhan bahasa
yang berbeda satu sama lain. Namun pada dasarnya, perbedaan itu tidak menjadi
sebuah penghalang masayarakat Indonesia dalam berkomunikasi. Masyarakat Indonesia
sejak berabad-abad yang lalu telah menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa
pemersatu. Seseorang dari pulau Jawa yang ingin berdagang dengan orang Sumatra,
tidak perlu khawatir dalam komunikasi, karena ada bahasa Melayu sebagai
penghubungnya. Oleh karena itu, bermula dari bahasa pemersatu inilah, bahasa
Indonesia dapat berkembang dan terbukti hingga saat ini mampu mempersatukan
keanekaragaman bangsa Indonesia.
2.2
Hakikat Bahasa
Menurut Atmazaki (2006:2-4) mengatakan bahwa hakikat bahasa: pertama, bahasa
mempunyai dan diatur oleh suatu sistem, bukan suatu yang berserakan tanpa
aturan. Sebagai suatu sistem (sistematis), bahasa dapat diuraikan atas
satuan-satuan terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat
diramalkan. Selain itu bahasa juga sistemis, artinya bahasa itu bukanlah sistem
yang tunggal, melainkan terdiri atas beberapa subsistem, seperti fonologi
(sistem bunyi), tata bahasa (sistem pembentukkan), dan leksikon (sistem
kosakata).
Kedua,
bahasa merupakan sistem lambang, yaitu sejenis simbol yang disepakati oleh
susatu kelompok masyarakat untuk memahami suatu reaksi terhadap apa yang
dilihat, didengar, dirasa, dan sebagainya. Pemahaman terhadap reaksi itu sama
bagi anggota suatu masyarakat itu. Semua anggota suatu masyarakat akan
memberikan reaksi dengan mengucapkan kata “Laut!” ketika melihat air tak
terbatas, “Gunung!” ketika melihat gundukkan tanah yang menjulang tinggi.
Reaksi dalam bentuk kata-kata itulah yang disebut dengan symbol yang
konvensional.
Ketiga,
bahasa mempunyai makna. Bahasa mewakili sesuatu, baik berupa benda maupun
tindakkan yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar
msyarakat pemakainya. Bahasa merupakan suatu sistem bentuk makna (form-meaning).
Jika tidak bermakna maka tidak dapat dikatakan bahasa dan jika tidak berbentuk
juga tidak dapat dikatakan bahasa. Gerak-gerik yang bermakna bukan bahasa,
bunyi-bunyi yang tidak beraturan juga bukan bahasa.
Keempat,
tanda bahasa bersifat konvensional. Hubungan antara tanda dan artinya merupakan
kesepakatan yang arbitrer sehingga harus dipelajari dan disepakati oleh para
pemakainya. Kearbitreran itu dapat dilihat dari beragamnya nama benda yang sama
pada masyarakat bahasa yang berbeda. Orang Inggris menyebut house, sedangkan
orang Arab menyebut bait untuk makna yang disebut “rumah” oleh orang
Indonesia.
Kelima,
bahasa merupakan sistem bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Berbagai bunyi yang dapat dihasilkan menimbulkan sistem bunyi dan
akhirnya menimbulkan sistem kosakata dan sistem-sistem yang lebih besar.
Huruf-huruf yang dipakai sebagai lambang bahasa tertulis hanyalah tiruan bunyi
yang diciptakan manusia untuk keperluan pewarisan kebudayaannya, tetapi
sifatnya tetap sekunder, karena kenyataannya, manusia dapat berbahasa tanpa
mengenal tulisan.
Keenam,
bahasa bersifat produktif. Unsur-unsur bahasa yang jumlahnya terbatas dapat
digunakan secara tidak terbatas oleh pemakainya. Dari beberapa puluh bunyi yang
dapat diucapkan manusia dapat dibuat kombinasi-kombinasi untuk menghasilkan
berpuluh ribu kosakata; dari beberapa puluh huruf dapat dituliskan berpuluh
ribu kata. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, dari 27 fonem dapat dihasilkan
kurang lebih 200.000 kata; dari lima tipe kalimat bahasa Indonesia (pernyataan,
pertanyaan, perintah, keinginan dan seruan) dapat disusun beribu-ribu kalimat.
Ketujuh,
bahasa bersifat unik. Setiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang mungkin
tidak dipunyai oleh bahasa yang lain. Bahasa Inggris (asing) dan bahasa
Gorontalo (daerah) mempunyai sistem kala (tenses), tetapi bahasa
Indonesia dan bahasa Minangkabau tidak mempunyai sistem kala.
Kedelapan,
bahasa juga bersifat universal, artinya sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu
bahasa juga dimiliki oleh bahasa lain. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi,
morfologi dan sintaksis dalam keunikkan masing-masing sistem itu.
Kesembilan,
bahasa bervariasi ketika digunakan pemakainya. Oleh karena pemakaian bahasa
beragagam dari berbagai segi (usia, kelamin, pendidikan, status, tingkat sosial
ekonomi, dan lain-lain). Maka realisasi bahasa juga beragam. Hal yang dimaksud
dengan realisasi bahasa adalah bagaimana mengungkapkan sesuatu dengan bahasa.
Kesepuluh,
bahasa merupakan sarana pengidentifikasian diri. Kelompok sosial
mengidentifiskan dirinya dengan bahasa yang mereka gunakan. Dengan berbahasa,
mereka dapat dibedakan dengan kelompok sosial lainnya, bahkan dengan bangsa
lainnya. Ketika bertemu dengan sesama suku bangsa, suatu kelompok cenderung
berbicara dengan bahasa suku bangsanya. Meskipun berasal dari kelompok pengguna
bahasa yang sama, tetapi kita dapat membedakan orang yang beradab atau kurang
beradab setelah mendengarkan cara berbahasanya. Dari sinilah muncul ungkapan
“bahasa menunjukkan bangsa”.
2.3
Pengaruh Bahasa Jawa Terhadap Bahasa Indonesia
Di
samping perluasan terhadap penggunaan bahasa Indonesia, ternyata hal tersebut
tidak serta merta menghapus bahasa ibu atau bahasa kedaerahan. Bahasa daerah
asal tetap digunakan oleh para penutur bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan
masyarakat yang satu daerah dan satu bahasa. Hal tersebut mencerminkan ragam
daerah dan bahasa yang sudah sejak dahulu dimiliki oleh bangsa Indonesia, namun
dengan demikian juga akan menimbulkan pengaruh negatif, salah satu dampak
negatifnya adalah ketika masyarakat yang terbiasa menggunakan bahasa daerah
masing-masing, maka ketika menggunakan bahasa Indonesia yang baku, banyak
kesalahan dalam pengucapan kata-kata yang ada pada bahasa Indonesia itu
sendiri, semua itu terjadi karena tidak dibiasakannya menggunakan bahasa
Indonesia ketika berada di lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari. Namun,
dengan terjadinya hal tersebut, tetap ada pengaruh positifnya. Yaitu, bangsa
Indonesia tetap memiliki karakter yang berasal dari kearifan daerah
masing-masing. Sama halnya seperti bahasa daerah, para penutur asli tetap
mempertahankannya, karena di sanalah terdapat identitas dan karakter sebuah
masyarakat. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa perubahan itu akan selalu ada
terkait dengan kodrat manusia sebagai makhluk yang dinamis.
Salah
satu bahasa daerah yang populer di Indonesia adalah bahasa Jawa, karena orang
yang berasal dari pulau Jawa mayoritas banyak yang bertransmigrasi ataupun
merantau ke daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, salah satunya adalah di
Riau ini. Bahasa Jawa juga sangat berpengaruh besar terhadap masyarakat Jawa
khususnya dalam menggunakan dan mengucapkan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
2.3.1
Pengaruh Positif
2.3.1.1
Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.
Adanya
bahasa Jawa dan daerah yang lain, membuat bahasa Indonesia menjadi kaya dengan
kosakata yang diambil dari kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Jawa.
Bahasa Jawa dan juga bahasa dari daerah-daerah lain yang ada, cukup banyak
berpartisipasi memberikan kata-kata serapan kepada bahasa Indonesia yang baku.
Contohnya:
1. Mantan
artinya bekas
2. Ampuh
artinya mempunyai kekuatan gaib yang luar biasa
2.3.1.2 Sebagai kekayaan budaya bangsa
Indonesia.
Banyaknya
budaya dan bahasa yang ada di Indonesia, menjadikan Indonesia memiliki berbagai
macam budaya yang berbeda-beda dan sangat banyak, namun dapat bersatu di
Indonesia menjadi kesatuan yang seutuhnya. Keaneragaman yang sangat banyak
tersebut, memberi kesan yang unik terhadap budaya Indonesia
Bahasa
sebagai alat penyebaran budaya, karena dengan bahasa masyarakat dapat membawa
dan mengajarkan budaya-budaya yang berasal dari Jawa ke daerah lain.
Contoh:
Pertunjukkan wayang kulit, kethoprak, ludruk, reog, dan lain-lain.
Kesenian-kesenian tersebut menggunakan bahasa Jawa sebagai medianya.
2.3.1.3 Sebagai identitas dan ciri khas dari
suatu suku dan daerah.
Dengan
adanya keaneragaman bahasa, maka akan membentuk Indonesia dari perbedaan yang
sangat jauh berbeda latar belakangnya dan memiliki ciri khas pada daerahnya
masing-masing. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dari dialeg dan idiolegnya
ketika orang Jawa sedang berbicara
2.3.1.4 Menimbulkan keakraban dalam
berkomunikasi.
Ketika
masyarakat pada suatu daerah berkomunikasi dengan masyarakat yang lainnya, dan
pada saat itu mereka sedang berada di luar daerahnya, maka akan terjadi
keakraban dan kenyamanan dalam berkomunikasi karena sedang berbicara dengan
orang yang berasal satu daerah dan satu bahasa. Mereka merasa menjadi keluarga
besar ketika berada di luar daerah lingkungan tempat tinggalnya. Berbicara
dengan orang yang berasal dari daerah yang sama akan merasa senasib dan
sepenanggungan.
Contoh:
Mahasiswa yang berasal dari daerah Jawa atau keturunan Jawa, yang sedang
berkuliah di universitas yang berada di luar pulau Jawa dan berjumpa dengan teman
yang berasal dari Jawa pula, maka akan terasa lebih akrab apabila menggunakan
bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Begitu juga dengan suku-suku lain akan terjadi
hal yang sama.
2.3.2
Pengaruh negatif
2.3.2.1 Bahasa Jawa yang satu sulit dipahami
oleh daerah lain.
Bahasa
daerah di Indonesia sangat banyak ragam dan jenisnya, maka tidak mungkin
masyarakat dapat paham dan mengerti akan semua bahasa daerah yang ada di
Indonesia. Misalnya pada bahasa Jawa, dalam bahasa Jawa saja sudah terdapat
beberapa tingkatan bahasa yang sangat jauh berbeda kata-kata dan maknanya,
tingkatan tersebut ditentukan oleh tingkatan usia bagi yang akan berkomunikasi,
misalnya dalam percakapan antara anak remaja dan orang tua, maka bahasa sangat berbeda
antara anak remaja dan orang tua tersebut.
Dalam
bahasa Jawa mengenal tingkatan dalam berkomunikasi.
Bahasa Indonesia: “Maaf, saya mau tanya rumah Kak Budi itu,
di mana?”
1. Ngoko kasar: “Eh, aku arep takon, omahé Budi kuwi,
nèng*ndi?’
2. Ngoko alus: “Aku nyuwun pirsa, dalemé mas Budi kuwi, nèng
endi?”
3. Ngoko meninggikan diri sendiri: “Aku kersa ndangu, omahé
mas Budi kuwi, nèng ndi?”
4. Madya: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, griyané mas Budi
niku, teng pundi?”
5. Madya alus: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, dalemé mas
Budi niku, teng pundi?”
6. Krama andhap: “Nuwun sèwu, dalem badhé nyuwun pirsa,
dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
7. Krama: “Nuwun sewu, kula badhé takèn, griyanipun mas Budi
punika, wonten pundi?”
8. Krama inggil: “Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa,
dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
2.3.2.2 Masyarakat menjadi kurang paham
dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan
bahasa Jawa.
Dalam
kesehariannya masyarakat sering menggunakan bahasa Jawa, maka ketika akan
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka masyarakat akan kesulitan
karena terpengaruh dari bahasa Jawa yang biasa digunakannya, baik secara lisan
maupun secara terulis..
Contohnya:
1. Gunting menjadi gunteng
2. Indonesia menjadi Endonesia
3. Tupai menjadi tupe
4. Dumai menjadi Dume
5. Bangau menjadi bango
6. Bangun menjadi bangon
2.4 Fakta-Fakta Bahwa Bahasa Jawa
Berpengaruh Terhadap Bahasa Indonesia
Sangat
banyak sekali pengucapan kata-kata yang tidak sesuai dengan aturan-aturan
bahasa Indonesia yang diucapkan oleh masyarakat yang berasal dari Jawa. Baik
dalam pengucapan diftong, fonem dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa Indonesia. Pada umumnya penutur bahasa Indonesia yang asli
dari Jawa, akan mengucapkan kata-kata pada bahasa Indonesia sesuai dengan lugat
Jawa.
Pengamatan
pada mahasiswa yang berasal dari Jawa, serta masyarakat yang lingkungan tempat
tinggalnya mayoritas adalah penutur bahasa Jawa asli, maka terdapat beberapa
fakta yang berpengaruh besar terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baku,
dan salah satu hal yang signifikan kesalahannya adalah pada penuturan atau
pengucapannya. Contoh kata-kata baku bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam
pengucapannya karena pengaruh fonem adalah:
1. Menggunakan menjadi menggunaken
2. Mantap menjadi mantep
3. Benar menjadi bener
Masih
banyak lagi kata-kata baku dalam bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam
pengucapannya, karena pengaruh bawaan dari penutur bahasa tersebut.
BAB III
SIMPULAN
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
Indonesia memiliki keragaman bahasa dan dialek yang luar biasa. Ada lebih dari
ratusan bahasa dan dialek yang tersebar di seluruh pulau nusantara, salah
satunya adalah bahasa Jawa.
Pada
hakikatnya bahasa mempunyai dan diatur oleh suatu sistem, bukan suatu yang
berserakan tanpa aturan. Bahasa merupakan sistem lambang, sistem bunyi,
mempunyai makna, bersifat konvensional, produktif, unik, universal, bervariasi
dan sarana pengidentifikasian diri.
Bahasa
Jawa sangat berpengaruh besar terhadap masyarakat Jawa. khususnya dalam
menggunakan dan mengucapkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Salah satu
dampak negatifnya adalah ketika masyarakat yang terbiasa menggunakan bahasa
Jawa, maka ketika menggunakan bahasa Indonesia yang baku, banyak kesalahan
dalam pengucapan kata-kata yang ada pada bahasa Indonesia itu sendiri.
Sedangkan dampak positifnya adalah bangsa Indonesia tetap memiliki karakter
yang berasal dari kearifan daerah masing-masing. Sama halnya seperti bahasa
Jawa, para penutur asli tetap mempertahankannya, karena di sanalah terdapat
identitas dan karakter sebuah masyarakat.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, mahasiswa yang berasal dari Jawa dan masyarakat yang
lingkungan tempat tinggalnya mayoritas adalah penutur bahasa Jawa asli. Maka
terdapat beberapa fakta yang berpengaruh besar terhadap penggunaan bahasa
Indonesia, dan salah satu hal yang signifikan kesalahannya terletak pada
penuturan atau pengucapannya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki.
2006. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Citra Budaya
Badudu,J.S.
1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Chaer,Abdul.
2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rusydi,dkk. 1985. Kosakata Bahasa Jawa. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Jakarta
Sudarmanto.
2011. Kamus Lengkap Bahasa jawa. Semarang: Widya Karya
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking